"Lihat saja semua pasukan dan senjata di sini, pemerintah berkomitmen untuk mempertahankan pulau Baekryeong dengan segala cara," kata Lee Chung-dong, seorang nelayan berusia 71 tahun yang tinggal di sana selama setengah abad.
"Itu karena mereka tahu jika Baekryeong jatuh, Incheon juga akan jatuh,” ujarnya.
Terlepas dari ancaman bahaya yang ada, Baekryeong adalah tujuan wisata yang istimewa.
Biasanya feri yang menuju ke pulau itu mengambil rute memutar untuk membuatnya tidak terlalu rentan terhadap serangan Korea Utara.
Ratusan wisatawan yang sebagian besar domestik berkunjung setiap minggu, tertarik oleh kedekatannya dengan Utara, dan juga keindahan alam lokasi tersebut.
Salah satu daya tariknya yang paling menggelegar adalah formasi tebing yang dikenal sebagai Dumujin, yang digambarkan dalam tulisan seorang sarjana Dinasti Joseon sebagai "mahakarya terakhir dewa tua".
Tempat wisata lainnya yakni pantai Sagot dengan lantai pasir kuarsa yang keras menjadikannya landasan terbang alami selama Perang Korea.