KABUL - Taliban telah menangkap lima wanita yang mengambil bagian dalam protes di ibu kota Afghanistan, Kabul, menentang larangan wanita masuk universitas.
Tiga wartawan juga ditangkap. Protes juga terjadi di provinsi Takhar. Penjaga menghentikan ratusan wanita memasuki universitas pada Rabu (21/12/2022), sehari setelah larangan diumumkan.
Rekaman yang dibagikan di media sosial (medsos) pada Kamis (22/12/2022) menunjukkan sekitar dua lusin wanita Afghanistan berjilbab berbaris melalui jalan-jalan di Kabul, mengangkat spanduk dan meneriakkan slogan-slogan.
BACA JUGA: Arab Saudi, Qatar Desak Taliban Batalkan Larangan Perempuan Berkuliah
Kelompok itu awalnya berencana untuk berkumpul di depan Universitas Kabul, lembaga pendidikan terbesar dan paling bergengsi di negara itu, tetapi lokasinya berubah setelah pihak berwenang mengerahkan sejumlah besar personel keamanan di sana.
Beberapa wanita yang terlibat dalam protes tersebut mengatakan kepada BBC bahwa mereka dipukuli atau ditangkap oleh petugas wanita Taliban.
Salah satu pengunjuk rasa mengatakan kepada BBC bahwa dia "dipukuli dengan kejam", tetapi berhasil menghindari penahanan.
"Ada terlalu banyak anggota perempuan Taliban di antara kami," kata perempuan itu tanpa menyebut nama.
"Mereka memukuli beberapa gadis kami dan menangkap beberapa lainnya. Mereka hendak membawa saya juga, tapi saya berhasil melarikan diri. Tapi saya dipukuli dengan kejam,” lanjutnya.
Pengunjuk rasa lain mengatakan dua orang telah dibebaskan sejak ditangkap, tetapi beberapa masih ditahan.
Beberapa pria menanggapi dengan tindakan pembangkangan sipil sebagai solidaritas dengan para pengunjuk rasa. Sekitar 50 profesor universitas pria di lembaga publik dan swasta telah mengundurkan diri dari jabatan mereka, sementara beberapa mahasiswa pria dilaporkan menolak untuk mengikuti ujian.
Ini adalah kebijakan terbaru yang membatasi pendidikan perempuan sejak Taliban kembali berkuasa tahun lalu. Anak perempuan telah dikeluarkan dari sebagian besar sekolah menengah.
Larangan baru diterapkan dengan segera oleh menteri pendidikan tinggi pada Selasa (20/12/2022), dengan universitas negeri dan swasta diperintahkan untuk melarang perempuan.
Kementerian pendidikan mengatakan telah mengevaluasi kurikulum dan lingkungan universitas, dan kehadiran untuk anak perempuan akan ditangguhkan sampai lingkungan yang sesuai.
Namun di kemudian hari, Menteri Pendidikan Tinggi Taliban, Neda Mohammad Nadeem, mengatakan di televisi pemerintah bahwa perempuan dilarang kuliah karena tidak mengikuti aturan berpakaian.
"Mereka berpakaian seperti akan pergi ke pesta pernikahan,” terangnya.
Taliban telah menjanjikan aturan yang lebih lunak setelah merebut kekuasaan pada Agustus 2021, menyusul penarikan AS dari negara itu. Namun, kelompok Islamis garis keras terus memutar balik hak dan kebebasan perempuan di negara tersebut.
Protes yang dipimpin perempuan semakin jarang terjadi di Afghanistan sejak mereka kembali. Peserta berisiko ditangkap, kekerasan, dan stigma sosial karena ikut serta dalam protes.
Sebelum pengumuman pada Selasa (20/12/2022), universitas telah beroperasi di bawah aturan diskriminatif bagi perempuan.
Ada pintu masuk dan ruang kelas yang dipisahkan berdasarkan jenis kelamin. Adapun siswa perempuan hanya bisa diajar oleh profesor perempuan atau laki-laki tua. Mereka juga hanya diperbolehkan melamar untuk mata pelajaran tertentu.
Wanita dilarang belajar teknik, ekonomi, ilmu kedokteran hewan dan pertanian, sementara jurnalisme sangat dibatasi.
Organisasi pendidikan dan budaya PBB, Unesco, mengatakan bahwa tingkat kehadiran perempuan di pendidikan tinggi telah meningkat 20 kali lipat antara 2001 – 2018. Diketahui, pada 2001, Taliban digulingkan oleh intervensi AS.
(Susi Susanti)