JAKARTA - Seorang mantan sekretaris yang bekerja untuk komandan di kamp konsentrasi Nazi telah dihukum karena terlibat dalam pembunuhan lebih dari 10.505 orang.
Irmgard Furchner (97) bekerja sebagai juru ketik di kamp Stutthof, Polandia pada 1943-1945.
BACA JUGA:Jadi Tukang Ketik Nazi, Nenek 97 Tahun Dinyatakan Bersalah Atas Pembunuhan 10.505 Orang
Furchner, yang merupakan satu dari sedikit perempuan yang diadili terkait kejahatan Nazi dalam beberapa dekade, dijatuhi hukuman percobaan selama dua tahun pada Selasa (20/12/2022).
Meskipun dia adalah seorang pegawai sipil, hakim berpendapat bahwa Furchner sepenuhnya mengetahui apa yang terjadi di kamp tersebut.
Sekitar 65.000 orang diperkirakan tewas dalam kondisi yang mengerikan di Stutthof, termasuk tahanan Yahudi, orang-orang Polandia non-Yahudi, dan tentara Soviet yang ditangkap.
Kamp Stutthof menggunakan berbagai metode untuk membunuh para tahanannya, di mana ribuan orang tewas di ruang gas sejak Juni 1944. Demikian dilansir dari BBC, Sabtu (24/12/2022).
Pengadilan di Itzenhoe, Jerman, telah mendengar kesaksian orang-orang yang selamat dari kamp tersebut. Beberapa saksi telah meninggal dunia selama proses persidangan berlangsung.
Ketika persidangan dimulai pada September 2021, Irmgard Furchner melarikan diri dari rumah jompo sampai akhirnya ditemukan oleh polisi di sebuah jalan di Hamburg.
Komandan di kamp Stutthof, Paul-Werner Hoppe telah dipenjara pada 1955 karena terkait dengan pembunuhan, namun dia dibebaskan lima tahun setelahnya.
Serangkaian tuntutan terkait kejahatan Nazi telah diajukan di Jerman sejak 2011, setelah vonis terhadap mendiang penjaga kamp Nazi, John Demjanjuk, menjadi preseden bahwa bekerja sebagai seorang penjaga cukup membuktikan keterlibatan.
Putusan itu juga berarti bahwa seorang pekerja sipil seperti Furchner dapat diadili, sebab dia bekerja langsung untuk komandan kamp dan mengurus korespondensi seputar tahanan Stutthof.
Butuh waktu 40 hari bagi Furchner untuk akhirnya bicara di dalam persidangan dengan mengatakan, "Saya minta maaf atas semua yang terjadi".
Mengingat Furchner pada saat itu berusia 21 tahun, persidangan pun berlangsung di pengadilan khusus remaja.
"Saya menyesal berada di Stutthof saat itu - hanya itu yang bisa saya katakan," kata dia.
Pengacaranya berpendapat bahwa Furchner semestinya dibebaskan karena ada keraguan seputar apa yang dia ketahui, karena dia adalah satu dari sejumlah juru ketik di kantor Hoppe.
Namun, sejarawan Stefan Hördler yang memegang peran kunci dalam persidangan tersebut, menemani dua hakim dalam kunjungan ke lokasi kamp.
Dari kunjungan itu, jelas bahwa Furchner dapat melihat sejumlah kondisi terburuk di kamp dari kantor komandan.
Di dalam persidangan, Hördler menceritakan bahwa 27 angkutan yang membawa 48.000 orang tiba di Stutthof antara Juni hingga Oktober 1944, setelah Nazi memutuskan memperluas kamp dan mempercepat pembunuhan massal menggunakan gas Zyklon B.
Hördler menggambarkan kantor Hoppe sebagai "pusat saraf" untuk semua yang terjadi di Stutthof.
Salah satu orang yang selamat dari kamp tersebut, Josef Salomonovic, turut bersaksi di persidangan. Dia baru berusia enam tahun ketika ayahnya ditembak mati di Stutthof pada September 1944.
"Dia (Furchner) secara tidak langsung bersalah," kata Salomonovic kepada wartawan di pengadilan.
"Bahkan meski dia hanya duduk di kantor dan membubuhkan stempelnya pada sertifikat kematian ayah saya."
(Nanda Aria)