Ada riwayat menyebutkan “sebaik-baiknya tempat adalah masjid, sejelek-jelek tempat adalah pasar”. Sebab, di pasar itu terjadi transaksional. Inilah dibutuhkan kejujuran, baik pembeli khususnya pedagang.
“Kejujuran yang riil bukan di masjid, tapi yang riil di pasar. Kalau Bapak Ibu berbelanja, itu ada timbangan, seringkali timbangan dengan bobotnya yang ditimbang tidak seimbang. Pasar bukan hanya yang kita kenali misalnya Pasar Pedurungan. Pom bensin itu juga pasar, timbangannya itu ditera ada kecurangan atau tidak, kalau tidak hati-hati akan terjerumus,” lanjutnya.
Contoh selanjutnya yang diceritakan Hasyim Asy’ari adalah ketika ada renovasi Kakbah di Kota Makkah. Saat akan menempatkan Hajar Aswad jadi rebutan suku-suku di Makkah. Kemudian, mereka bersepakat menunjuk Nabi Muhammad SAW yang memimpin penempatan Hajar Aswad itu. Nabi menggunakan sorban untuk mengangkatnya yang masing-masing ujungnya dipegang para pemimpin suku di Makkah itu. Jadi semuanya merasa terwakili.
“Kenapa Nabi ditunjuk? Karena dikenal sebagai manusia yang amanah, sebelumnya sudah diuji. Jangan sebagai pemimpin pinginnya sendirian tidak mau berbagai. Nabi itu sampai derajat amanah itu bukan ujug-ujug, tetapi sudah teruji,” ujarnya.
Ini pula yang kemudian disampaikan Hasyim Asy’ari ketika ada seorang pemimpin seperti Presiden, Gubernur, Bupati, Wali Kota, Lurah ataupun DPR. Mereka juga hendaknya memiliki sifat-sifat yang baik untuk bisa amanah menjalankan tugasnya.