Share

5 Fakta Kunjungan Menteri Israel ke Masjid Al Aqsa, Begini Respons Palestina

Tim Okezone, Okezone · Kamis 05 Januari 2023 07:30 WIB
https: img.okezone.com content 2023 01 04 18 2740283 5-fakta-kunjungan-menteri-israel-ke-masjid-al-aqsa-begini-respons-palestina-CybPdZhnhS.jpg Masjid Al Aqsa (Foto: Reuters)

JAKARTA - Menteri sayap kanan Israel Ben-Gvir mengunjungi Masjid Al Aqsa. Kehadirannya menimbulkan polemik dan reaksi keras dari Palestina. 

Melansir AFP, berikut fakta-faktanya:

1. Palestina Serukan Gagalkan Serangan Israel 

Perdana Menteri (PM) Palestina Muhammad Shtayyeh menyerukan untuk menggagalkan serangan Israel ke Palestina. Di mana, Israel bakal berupaya merebut Masjid Al Aqsa.

2. Ubah Masjid Al Aqsa Jadi Kuil Yahudi 

Palestina bereaksi keras dan siap untuk menghalau serangan Israel. Sebab, Israel bertujuan ingin mengubah Masjid al-Aqsa menjadi kuil Yahudi.

Hal tersebut terkait dengan kunjungan Menteri sayap kanan Israel Ben-Gvir ke situs suci yang diperebutkan di Yerusalem.

3. Melanggar Hukum Internasional 

Perdana Menteri (PM) Palestina Muhammad Shtayyeh menegaskan bahwa kunjungan Menteri Israel merupakan pelanggaran semua norma, nilai, perjanjian dan hukum internasional, dan janji Israel kepada Presiden Amerika.

Follow Berita Okezone di Google News

Kantor berita AFP melaporkan seorang juru bicara kelompok Islam militan Palestina, Hamas, yang memerintah Jalur Gaza, menyebut kunjungan itu sebagai "kejahatan" dan bersumpah situs itu akan tetap Palestina, Arab, dan Islami.

Yordania, salah satu dari sekelompok kecil negara Arab yang secara resmi mengakui Israel, memanggil duta besar Israel sebagai protes.

4. AS Beri Peringatan 

Amerika Serikat (AS) menyuarakan keprihatinan tentang kunjungan Menteri Israel ke kompleks Masjid Al-Aqsa, tempat suci bagi orang Yahudi dan Muslim. Israel pun diperingatkan terhadap perubahan status quo di Yerusalem.

"AS berdiri teguh ... untuk pelestarian status quo sehubungan dengan tempat-tempat suci di Yerusalem," kata Sekretaris Pers Gedung Putih Karine Jean-Pierre sebagaimana dilansir AFP.

“Setiap tindakan sepihak yang membahayakan status quo tidak dapat diterima.”

Juru Bicara Departemen Luar Negeri Ned Price secara terpisah mengatakan AS "sangat prihatin" dengan kunjungan Itamar Ben-Gvir, yang memiliki sejarah pernyataan yang menghasut dan diberi posisi keamanan utama dalam pemerintahan terbaru Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

“Kunjungan ini berpotensi memperburuk ketegangan dan memprovokasi kekerasan,” kata Price tentang kunjungan yang dikutuk secara luas oleh negara-negara Islam.

5. Raja Yordania Nyatakan Siap Konflik dengan Israel 

Raja Yordania Abdullah II mengatakan, negaranya cukup siap jika pemerintah baru Israel menginginkan konflik. Hal itu disampaikan Raja Abdullah II sebagai peringatan bagi Israel jika mencoba mengubah status Masjid Al Aqsa di Yerusalem.

"Jika orang-orang (pemerintah Israel) ingin terlibat konflik dengan kami, kami cukup siap," kata Raja Abdullah II dalam wawancara eksklusif dengan CNN awal Desember lalu.

"Saya selalu percaya bahwa, mari kita lihat gelasnya setengah penuh, tetapi kita memiliki garis merah tertentu… Dan jika (Israel) ingin mendorong garis merah itu, maka kita akan menghadapinya,"

Raja Abdullah II merujuk potensi perubahan Israel pada status situs suci umat Muslim dan Kristen di kota Yerusalem yang diduduki. Yordania berperan sebagai penjaga tempat-tempat suci di Yerusalem Timur yang diduduki.

"Kita harus memperhatikan intifada berikutnya," kata sang raja sebagaimana dilansir Middle East Monitor.

"Dan jika itu terjadi, itu adalah pelanggaran hukum dan ketertiban yang lengkap dan yang tidak akan diuntungkan oleh Israel maupun Palestina." 

Dia melanjutkan: "Saya pikir ada banyak perhatian dari kita semua di kawasan ini, termasuk orang-orang di Israel yang berada di pihak kita dalam masalah ini, untuk memastikan hal itu tidak terjadi."

Mengacu pada Anggota sayap kanan Knesset Itamar Ben Gvir dan Bezalel Smotrich, yang merupakan mitra Perdana Menteri terpilih Benjamin Netanyahu dalam pemerintahan koalisi baru, dia berkata: "Saya tidak berpikir orang-orang itu berada di bawah mikroskop Yordania. Mereka berada di bawah mikroskop internasional. Saya harus percaya bahwa ada banyak orang di Israel yang juga peduli seperti kita."

1
4
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis Okezone.com tidak terlibat dalam materi konten ini.

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini