Kamar mayat telah berjuang untuk memenuhi permintaan ruang karena populasi Port Moresby telah tumbuh.
Presiden Asosiasi Dokter Nasional, James Naipo, mengatakan bahwa meskipun melayani populasi lebih dari satu juta orang, rumah sakit tersebut belum ditingkatkan karena dirancang untuk melayani 400.000 orang.
"Saat ini, tidak ada perluasan ke Rumah Sakit Umum Port Moresby yang telah dilakukan untuk melayani lebih dari 1,3 juta orang di kota, terlepas dari ketersediaan layanan Kesehatan NCD, layanan kesehatan swasta, dan layanan kesehatan militer di lapangan," katanya dalam sebuah pernyataan, dikutip BBC.
Tetapi rumah sakit mengatakan kamar mayat penuh sesak karena anggota keluarga tidak mengambil jenazah "tepat waktu".
"Ada akumulasi jenazah, lebih dari yang dikeluarkan setiap hari," tulis rumah sakit itu dalam sebuah posting Facebook.
Naipo mengatakan jenazah mungkin ditinggalkan karena kesulitan ekonomi yang dirasakan oleh banyak orang di seluruh negeri.
"Jangan salahkan manajemen Rumah Sakit Umum Port Moresby dan jajarannya atas krisis situasi ini," tulisnya di Facebook.