RUSIA - Perjalanan dari Kostyantynivka ke Bakhmut seperti menuruni tebing peradaban. ‘Lonjakan’ bunyi tembakan tank seolah memberi tahu Anda bahwa Anda semakin dekat dengan salah satu bagian paling aktif dari garis depan di wilayah Donbas timur Ukraina.
Serangan-serangan ini juga menunjukkan bahwa gencatan senjata 36 jam yang diumumkan Rusia hanyalah omong kosong saja.
"Mereka berjanji akan ada gencatan senjata, tapi kami tidak melihat atau merasakannya," kata Oleksandr, seorang tentara Ukraina, dikutip BBC.
Serangan artileri Rusia dirasakan terus menerus. Termasuk sebuah artileri mendarat 50 meter dari tempat kita Oleksandr berbicara dengan tim BBC.
Tim BBC langsung terkejut dan melompat akibat serangan itu. Namun Oleksandr tidak gentar. "Untuk apa semua ini?" dia bertanya. Sebuah pertanyaan yang sangat masuk akal sambil berdiri di alun-alun utama yang hampir hancur.
BACA JUGA: Rusia Umumkan Gencatan Senjata 36 Jam untuk Peringati Natal Ortodoks, Zelensky: Itu Hanya Kedok
"Semuanya hancur. Warga sipil terbunuh, tentara terbunuh, rakyat kita sekarat,” ujarnya.
Pasukan Rusia berada di tepi timur kota sekitar satu mil jauhnya. Mereka telah mengerahkan segalanya untuk mencoba merebut Bakhmut sejak musim panas dalam upaya untuk mendorong lebih jauh ke barat, tetapi kota itu belum jatuh.
Seperti diketahui, pada Kamis (5/1/2023), Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan gencatan senjata yang menurutnya akan diamati oleh pasukannya di garis depan.
Itu akan berlangsung dari Jumat (7/1/2023) pada tengah hari hingga tengah malam pada Sabtu (8/1/2023. Dia mengklaim rencana itu agar umat Kristen Ortodoks bisa merayakan Natal.
Ukraina segera menolaknya. Ini jelas bukan hari yang berharga bagi mereka yang tersisa di Bakhmut.
"Kamu tidak akan menginginkan ini bahkan untuk musuhmu, tapi kami merayakan Natal seperti biasa," kata Sergiy, seorang warga sipil di Ukraina.
"Kami punya pohon Natal dan dekorasi, tapi itu ada di ruang bawah tanah,” lanjutnya.
Di kota ini, Anda jangan berharap bertemu dengan siapa pun yang bukan tentara. Hanya beberapa ribu orang yang tersisa di sini dari populasi asli 50.000.
Kendaraan militer melaju dengan tergesa-gesa di sepanjang jalan yang tertutup es. Kita tidak bisa tinggal di tempat yang sama lebih dari lima menit. Berkeliaran akan membuat kita menjadi target serangan.
Sulit membayangkan penembakan menjadi lebih intens, tetapi Sergiy mengklaim itu relatif tenang.
"Apakah kamu melihat atap yang hilang itu?" tanyanya.
"Itu terdengar keras saat serangan. Ketika depo bus ditabrak, itu akan menjadi ledakan keras. Saat tiang lampu ini ditabrak, itu akan terdengar keras. Jadi, ini sepi,” terangnya.
Sebagai ‘puncak gunung es’, deklarasi gencatan senjata Putin sangat penting. Ini adalah pertama kalinya bahasa semacam itu digunakan oleh kedua pihak sejak dimulainya invasi besar-besaran.
Ukraina Timur, bagaimanapun, tidak asing dengan perang. Itu menjadi titik fokus agresi Rusia sejak 2014 setelah Moskow pertama kali mendukung militan separatis di sini.
Ada banyak upaya gencatan senjata selama bertahun-tahun. Sebagian besar telah gagal, dan sedikit yang berharap jika gencatan senjata di Bakhmut benar adanya.
(Susi Susanti)