Share

Nenek Moyang Sunda Bangun Rumah Tahan Guncangan Gempa sampai Magnitudo 10

Arif Budianto, MNC Portal · Jum'at 20 Januari 2023 16:05 WIB
https: img.okezone.com content 2023 01 20 525 2750140 nenek-moyang-sunda-bangun-rumah-tahan-guncangan-gempa-sampai-magnitudo-10-GalDGCzFtR.jpg Rumah adat Sunda di Kampung Cikondang (Foto: tangkapan layar)

BANDUNG - Nenek moyang Sunda dianggap telah paham mitigasi gempa bumi melalui pembangunan rumah tahan gempa. Rumah nenek moyang Sunda telah membangun rumah dengan ketahanan gempa numi sampai Magnitudo (M) 10.

Pemerhati Budaya Sunda dari Lembaga Adat Karatuan Padjadjaran (Unpad) Roza Rahmadjasa Mintaredja mengatakan bahwa nenek moyang Sunda sudah paham mitigasi gempa. Hal ini terlihat dari arsitektur masyarakat zaman dahulu.

“Kita bisa melihat bahwa jaman bihari nenek moyang kita sudah paham akan gempa dan sudah memitigasi terhadap gempa itu dengan bangunan-bangunan konstuksi arsitektur yang tahan gempa sampai 9 atau 10 skala richter,” kata Roza dalam Keurseus Budaya Sunda dengan materi 'Arsitektur Sunda' secara daring, sebagaimana siaran pers Media Kanal Unpad, Rabu (18/1/2023).

Baca juga: Menguak Alasan Kenapa Orang Sunda Tak Mau Dibilang Orang Jawa

Acara yang digelar Pusat Digitalisasi dan Pengembangan Budaya Sunda (PDPBS) Unpad ini dimoderatori Ketua PDPBS Unpad, Prof. Dr. Ganjar Kurnia, DEA. Pada kesempatan tersebut, Roza menjelaskan bahwa bangunan nenek moyang biasanya berbahan batu, kayu, dan bambu.

Baca juga: Terungkap! Alasan Kenapa Orang Sunda Sulit Ucapkan Huruf F dan V

Salah satu kelebihan penggunaan bambu adalah memiliki daya lentur. Penggunaan bambu tersebut didasarkan karena nenek moyang sudah mengerti akan mitigasi terhadap bencana gempa. Sebagai wilayah yang masuk kawasan zona cincin api (ring of fire) dengan jumlah 140 gunung berapi dan pertemuan antara lempeng Sunda dan lempeng Australia, wilayah ini rawan mengalami gempa vulkanik ataupun tektonik.

Follow Berita Okezone di Google News

Roza pun menyayangkan masyarakat masa kini yang seakan tidak memiliki antisipasi tinggal di cincin api (ring of fire) dan rawan terkena bencana gempa. Padahal, tinggal di zona cincin api, harus ada mitigasi bencana secara serius.

“Gempa-gempa itu mengakibatkan bencana yang tidak bisa kita anggap remeh karena bangunannya yang tidak sesuai dengan antisipasi gempa,” kata Roza. Untuk itu, dalam membuat banguan, diharapkan tidak sembarangan dan turut mengantisipasi adanya bencana gempa. Roza pun menilai bahwa bambu adalah bahan untuk masa depan.

“Jangan sembarangan kita membuat rumah itu. Karena rumah bambu itu dianggap rumah kampungan, orang-orang ada yang malu memakai rumah bambu. padahal justru itu yang paling ramah terhadap lingkungan dan ramah terhadap gempa. Jadi gempa itu bisa diantisipasi,” pungkasnya.

1
2
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis Okezone.com tidak terlibat dalam materi konten ini.

Berita Terkait

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini