Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Isi Lengkap Nota Pembelaan Putri Candrawathi: Saya Ingin Memeluk Putra-Putri Kami

Khafid Mardiyansyah , Jurnalis-Rabu, 25 Januari 2023 |13:35 WIB
Isi Lengkap Nota Pembelaan Putri Candrawathi: Saya Ingin Memeluk Putra-Putri Kami
A
A
A

Kami berkumpul bersama dan berdoa. Bersyukur pada sang Maha Kuasa atas segala kebaikan yang diberikan. Kemudian, saya lalu menyuapi suami dan setelah itu secara bergantian menyuapi seluruh ADC dan ART sebagai ungkapan kebersamaan dan rasa syukur dalam sebuah keluarga. Saya gembira. Sangat gembira saat itu. Karena memang 7 Juli sesungguhnya adalah hari yang sangat saya nantikan. Hari pernikahan Saya dengan suami saya Ferdy Sambo. Seorang pelindung dan kepala rumah tangga Kami. Kami selalu mengingat janji suci pernikahan ketika diucapkan di hadapan Tuhan tepat 22 tahun lalu.

Majelis Hakim Yang Mulia, namun, di tanggal yang sama, sore hari 7 Juli 2022, saat kebahagiaan perayaan ulang tahun perkawinan Kami masih bergemuruh dalam pikiran dan perasaan, Saya mengalami sebuah kejadian yang sangat menyakitkan. Peristiwa yang menimbulkan luka mendalam hingga saat ini. Kebahagiaan Kami direnggut dan dicampakkan. Harga diri Kami diinjak-injak. Saya membeku. Bahkan Saya tak sempat memikirkan hal seburuk ini akan menimpa Saya dan berdampak pada keluarga. Yang lebih sulit Saya terima, pelakunya adalah orang yang Kami percaya, orang yang Kami tempatkan sebagai bagian dari keluarga dan bahkan Kami anggap anak sepertihalnya seluruh anggota pribadi suami saya lainnya.

Saya tidak mengerti, mengapa ini harus terjadi tepat di hari pernikahan kami yang ke-22. Yosua melakukan perbuatan keji. Dia memperkosa, menganiaya Saya. Dia mengancaman akan membunuh Saya jika ada orang lain yang mengetahui apa yang ia lakukan. Dia mengancam membunuh anak-anak yang Saya cintai. Yang mulia, Saya takut. Sangat ketakutan saat itu. Saya sangat menderita dan menanggung malu berkepanjangan. Bukan hanya Saya, tetapi juga seluruh anggota keluarga kami.

Dalam goncangan jiwa yang berusaha saya pendam dengan segala tenaga yang tersisa, saya memutuskan segera kembali ke Jakarta pada hari Jumat, 8 Juli 2022. Sepanjang perjalanan, saya beristirahat dan tidur, sembari tetap berusaha menguatkan hati saya untuk memberanikan diri menceritakan apa yang terjadi pada orang yang paling saya percayai, yakni suami saya bapak Ferdy Sambo. Sebagai seorang isteri kepada siapa lagi Saya harus menceritakan kepedihan ini kalau tidak pada Suami? Seorang yang paling saya cintai dan pelindung bagi keluarga kami.

Majelis Hakim Yang Mulia, sesampai di rumah Saguling, saya langsung menjalankan protokol kesehatan seperti yang telah kami sekeluarga lakukan sejak pandemi Covid-19 melanda Indonesia. Selain karena saat itu kondisi kesehatan Saya agak menurun, Kami juga berupaya lebih ketat menjalankan protokol kesehatan karena menimbang adanya anak kami berusia 1,5 tahun yang belum bisa divaksin. Saya melaksanakan Tes PCR, sesuai dengan aturan bagi keluarga kami.

Setelah selesai test PCR, Saya makan di ruang makan lantai 2. Sepanjang perjalanan dari Magelang ke Jakarta Saya tidak berhenti singgah untuk makan. Kemudian saya naik ke lantai 3 dan bertemu dengan suami saya. Dengan segala ketakutan yang masih menggelayut, saya menceritakan peristiwa pahit yang terjadi di tanggal 7 Juli 2022. Dengan semua sisa keberanian, Saya sampaikan secara jujur apa

yang dilakukan Yosua secara langsung hanya kepada suami Saya. Saya hancur dan malu sekali saat harus menceritakan kejadian kelam tersebut. Tidak bisa dijelaskan bagaimana dingin-nya suasana pembicaraan tersebut. Sesekali Saya memandang Suami. Matanya kosong, tubuhnya bergetar dan tarikan nafasnya menjadi sangat berat. Kami berdua pun tidak kuasa menahan tangis. Apa yang terjadi ini terlalu berat bagi Kami.

Lalu, dengan perasaan masih kalut, saya berjalan ke kamar, meninggalkan Suami yang masih duduk di ruangan tadi. Di kamar Saya tidak tahu harus berbuat apa, hingga Saya pamit pada Suami dan bergegas meninggalkan rumah Saguling untuk segera isolasi mandiri. Yang ada dalam pikiran Saya saat itu adalah mengambil jarak, namun tetap harus isolasi menunggu hasil tes PCR untuk mencegah anak kami bertemu dan tidak kuasa menahan untuk memeluk saat melihat ibunya.

Sampai di Rumah Duren Tiga 46, saya langsung masuk kamar dan menutup pintu. Kemudian Saya berganti pakaian karena pakaian yang Saya kenakan saat tiba di rumah Duren Tiga adalah pakaian yang sama sejak keberangkatan sejak pagi dari Magelang. Berganti pakaian ini juga kebiasaan Saya sebelum istirahat atau tidur.

Yang Mulia, hari itu, Saya lelah sekali. Tubuh, pikiran dan perasaan Saya saat itu berada dalam situasi berat yang rasanya tidak pernah saya alami. Apalagi, di sela istirahat, tanpa jelas apa yang terjadi, Saya mendengar beberapa letusan keras di rumah tempat saya beristirahat. Dalam kondisi masih sangat lelah dan tertekan, Saya menutup telinga dan kaget luar biasa sambil bertanya dalam hati: apalagi yang terjadi di luar sana? Tak lama berselang, dalam keadaan masing kebingungan dan cemas, Suami membuka pintu dengan terburu-buru, masuk kamar, kemudian langsung mendekap kepala saya di dadanya dan menuntun saya keluar kamar sampai garasi. Dalam kondisi yang takut sekaligus bingung, Saat itu saya tidak bisa melihat situasi dan kondisi di dalam rumah. Lalu saya diantarkan dek Ricky untuk kembali ke Saguling atas perintah suami saya.

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement