Poh dibayar sebesar SGD8.000 (Rp91 juta) per siswa, serta SGD1.000 (Rp11,4 juta) sebagai biaya masuk. Namun uang itu akan dikembalikan sepenuhnya jika mereka tidak lulus.
Para siswa itu, yang semuanya merupakan warga negara China, duduk di ruang ujian di tempat yang berbeda-beda sambil mengenakan headphone berwarna kulit.
Ponsel dan perangkat bluetooth ditempel di tubuh mereka oleh Poh dan antek-anteknya, yang tersembunyi di balik pakaian mereka.
Mantan kekasih Poh, Tan Jia Yan yang saat itu berusia 30 tahun juga mengikuti ujia sebagai kandidat eksternal.
Dia melakukannya dengan ponsel kamera yang ditempel di dadanya menggunakan selotip dan tersembunyi di balik pakaiannya.
Melalui FaceTime, Tan menyiarkan secara langsung soal ujian kepada Poh, keponakannya Fiona Poh, serta karyawan bernama Feng Riwen, yang siaga di tempat bimbel.
Ketiganya lalu menyusun jawabannya dan menyampaikannya kepada para siswa melalui headphone mereka.
“Kalau saya mendengarnya dengan jelas, saya harus diam, kalau tidak, saya harus batuk,” terang kesaksian seorang siswa.
Skema ini terungkap ketika pengawas ujian mendengar suara transmisi yang tidak biasa dari salah satu siswa, yang berterus terang ketika ditanyai.