KEBERADAAN alam semesta yang luasnya tak terhingga masih menjadi misteri. Ilmuwan terus berusaha mencari tahu bagaimana ruang dan waktu ituada. Meskipun teori-teori yang muncul terkadang bersifat spekulatif, namun itu membawa kita sedikit demi sedikit pada jawaban yang dicari.
Mengutip BBC News Indonesia, untuk benar-benar menjawab bagaimana sesuatu bisa muncul dari ketiadaan, kita harus menjelaskan keadaan kuantum dari seluruh alam semesta dari awal masa Planck. Tapi semua usaha melakukan ini sangat spekulatif. Beberapa mengarah kepada kekuatan supranatural seperti keberadaan Tuhan.
Namun beberapa penjelasan lain tetap sejalan dengan ranah fisika-seperti multiverse, yang terdiri dari semesta paralel yang tak terhingga jumlahnya, atau Semesta dengan model siklus, yang lahir dan terlahir kembali.
Fisikawan pemenang hadiah Nobel Roger Penrose mengusulkan satu teori yang menarik namun kontroversial tentang model siklus Semesta yang disebutnya dengan "conformal cyclic cosmology".
Penrose terinspirasi dari adanya koneksi matematika antara Semesta yang sangat panas, padat, dan kecil-seperti halnya dalam teori Big Bang-dan Semesta yang sangat dingin, kosong, dan melebar sangat luas-seperti yang kemungkinan terjadi di masa depan.
Teorinya secara radikal mencoba menjelaskan hubungan ini, yakni keduanya identik secara matematika bila dibawa ke batasan tertentu. Pemikiran ini tampak paradoks, namun ketiadaan total materi mungkin telah berhasil memunculkan semua materi yang kita lihat di sekitar kita dalam Semesta kita sekarang.
Dalam pandangan ini, Big Bang muncul nyaris dari ketiadaan. Itulah yang tersisa ketika semua materi di alam semesta telah terhisap dalam lubang hitam-lubang hitam, yang kemudian melebur menjadi photon-kemudian menghilang ke kehampaan.
Seluruh semesta, oleh karenanya, muncul dari sesuatu yang-bila dilihat dari perspektif fisika yang lain-paling mendekati dengan ketiadaan mutlak. Tapi kehampaan itu tetaplah sesuatu. Itu masih semesta yang penuh dengan materi fisika, betapapun kosongnya.
Bagaimana mungkin semesta yang sama bisa dingin dan kosong jika dilihat dari satu perspektif, dan panas serta padat jika dilihat dari perspektif lain?
Jawabannya terletak di prosedur matematika kompleks bernama "conformal rescaling", sebuah transformasi geometri yang memengaruhi ukuran sebuah objek namun bentuknya tidak berubah.
Baca juga: Lubang Hitam Supermasif Jutaan Kali Lebih Besar dari Matahari, Bagaimana Itu Terbentuk?
Penrose menunjukkan bahwa keadaan kosong dingin dan keadaan padat panas dapat dihubungkan dengan penskalaan ulang sedemikian rupa, sehingga mereka serupa bila dikaitkan dengan kondisi ruang dan waktu masing-masing-perbedaannya hanya ada di ukuran saja.
Namun Penrose juga berpendapat, ukuran sebagai konsep tidak lagi masuk akal dalam lingkungan fisik yang ekstrem seperti itu.
Dalam teori conformal cyclic cosmology miliknya, penjelasan Penrose diawali dari tua dan dingin menjadi muda dan panas; keadaan panas dan padat itu muncul karena keadaan yang dingin dan kosong.
Tapi "karena" di sini bukan alasan biasa-melainkan sebab yang terjadi seiring waktu karena efeknya.
Bukan hanya ukuran yang tidak lagi masuk akal dalam keadaan ekstrem ini; waktu juga demikian. Semesta yang dingin dan kosong dengan semesta yang panas dan padat terletak dalam garis waktu yang berbeda.
Follow Berita Okezone di Google News