Militer AS sekarang akan fokus pada upaya pemulihan puing-puing.
Insiden tersebut adalah yang terbaru dari serangkaian kasus mata-mata dan telah memicu krisis diplomatik antara Beijing dan Washington.
Sementara itu pihak berwenang Taiwan pada Minggu (5/2/2023) mengatakan bahwa insiden balon China “tidak boleh ditoleransi oleh komunitas internasional yang beradab.”
Pulau yang diperintah sendiri, yang diklaim China sebagai bagian dari wilayahnya meskipun tidak pernah menguasainya, memiliki pengalaman balon serupa yang terbang di atas wilayahnya.
"Tindakan seperti itu oleh pemerintah Partai Komunis China bertentangan dengan hukum internasional, melanggar wilayah udara negara lain, dan melanggar kedaulatan mereka," kata Kementerian Luar Negeri Taiwan dalam sebuah pernyataan.
Taiwan juga menyerukan pemerintah China untuk segera menghentikan perilaku semacam ini yang melanggar batas negara lain dan menyebabkan ketidakstabilan regional.
Menurut Kementerian Pertahanan Nasional Taiwan, balon yang diyakini digunakan untuk "pengamatan meteorologi" terbang di atas pulau itu pada September 2021 dan Februari 2022.
Namun masih belum jelas apakah balon-balon itu adalah jenis yang sama dengan yang ditembak jatuh jet tempur AS pada Sabtu (4/2/2023).
(Susi Susanti)