Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Sepak Terjang Feisal Tanjung yang Pernah Gagal Daftar AL Namun Berujung Jadi Panglima

Tim Okezone , Jurnalis-Senin, 06 Februari 2023 |06:31 WIB
Sepak Terjang Feisal Tanjung yang Pernah Gagal Daftar AL Namun Berujung Jadi Panglima
Feisal Tanjung/Antara
A
A
A

Mendaftar sebagai Taruna AAL

Feisal remaja akrab dengan pantai, laut dan ombak. Hal ini lantaran Sibolga merupakan kota di pantai Barat pulau Sumatera.

Tak hanya itu, pemandangan prajurit TNI Angkatan Laut yang sedang bertugas juga menghiasi kota ini. Karena kebiasaan melihat anggota AL inilah terbersit hasrat dalam dada Feisal untuk menjadi prajurit AL.

Ditulis Usamah Hisyam, ketika duduk di kelas tiga SMP Feisal diam-diam pernah mendaftarkan diri menjadi aspiran kadet AAL. Untuk diketahui saat itu AAL menerima tamatan SMP untuk menjadi aspiran (calon) kadet. Dalam perhitungannya, ketika dia diterima sebagai aspiran kadet, maka dua tahun berikutnya dapat menjadi kadet. Namun harapan itu kandas.

Dia tidak diterima lantaran tak memenuni syarat usia minimal yang ditetapkan yakni 16 tahun. Feisal baru berusia 15 saat mendaftar itu. Namun ia tak patah arang. Tamat SMA, lagi-lagi dia mengisi formulir pendaftaran masuk AAL. Tapi kali ini dia juga mendaftar di Akademi Militer Nasional atau AMN (kini Akademi Militer/Akmil).

Cita-cita boleh menjadi Angkatan Laut, namun surat panggilan dari AMN datang terlebih dahulu. Jadilah dia akhirnya mengikuti seleksi. Feisal lolos tingkat kodam hingga akhirnya resmi menjadi calon prajurit taruna (capratar) pada 1958.

Ditunjuk sebagai Panglima TNI

Karier militer Feisal Tanjung cukup cemerlang. Prajurit dari kecabangan infanteri ini banyak ditempa di Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) yang kelak berubah menjadi Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandha) dan akhirnya Komando Pasukan Khusus (Kopassus).

Selain itu dia juga berkiprah di Pasukan Cakra alias Kostrad. Berbagai jabatan pernah melekat di pundak prajurit tempur ini.

Dimulai dari komandan peleton dan kompi di Yonif 152 Kodam XV/Pattimura, dia lantas menjadi Komandan Kompi Tanjung Batalyon 2 RPKAD, Komandan Detasemen 41 Grup 4 RPKAD, hingga Wakil Komandan Grup 1 RPKAD (Grup 1/Para Komando).

Di Baret Hijau, tentara yang pernah terlibat operasi penumpasan G30 S/PKI ini dipercaya sebagai Kastaf dan Komandan Brigif Lintas Udara 17 Kostrad. Setelah itu meroket sebagai Asisten Operasi Kepala Staf Kostrad, Kepala Staf Komando Tempur Lintas Udara Kostrad dan akhirnya Panglima Komando Tempur Lintas Udara Kostrad (Divisi Infanteri 1/Kostrad).

Kariernya semakin mencorong. Dia dipromosikan sebagi Komandan Pusat Kesenjataan Infanteri pada 1983 hingga 1985, kemudian Pangdam VI/Tanjungpura (1985-1988). Setelah itu dia dipercaya sebagai Dansekoad, kemudian Kasum ABRI.

“Dari posisi Kasum itulah Feisal naik ke kursi Panglima menggantikan Edi Sudrajat yang duduk di kursi pimpinan ABRI selama hanya hampir tiga bulan,” kata Salim Said dalam buku “Dari Gestapu ke Reformasi: Serangkaian Kesaksian”.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement