JAKARTA – Facebook beberapa waktu lalu melaporkan telah memblokir sekelompok hacker asal China yang menggunakan platform mereka untuk menyerang warga Uighur.
Dilansir Reuters, para hacker ini memanfaatkan Facebook untuk menargetkan warga Uighur yang tinggal di luar negeri dengan tautan ke malware yang akan menginfeksi perangkat mereka dan memungkinkan pelaku untuk mengawasi targetnya dari jauh. Malware mata-mata ini juga kerap disebut sebagai spyware.
(Baca juga: Secret Service: Peretas China Curi Uang Bantuan Covid-19 AS hingga Puluhan Juta)
Uighur adalah kelompok minoritas muslim dari Cina barat laut, dan berdasarkan penelusuran kelompok HAM dan media massa internasional, diketahui lebih dari 1 juta orang Uighur diperkirakan ditahan di jaringan luas kamp "edukasi ulang".
Sementara segelintir muslim Uighur yang tidak tahan dengan penyiksaan Beijing yang disebut pemerintah Amerika Serikat menjurus pada genosida, memilih keluar dari China dan tinggal dibeberapa negara Asia, Barat atau Eropa.
Menanggapi hal ini, Center for Indonesian Domestic and Foreign Policy Studies (Centris) mengimbau negara-negara dunia untuk mewaspadai tindakan spionase China, dan tidak ikut-ikutan dalam aksi mata-mata ilegal Beijing yang jelas melanggar HAM tersebut.
Peneliti senior CENTRIS, AB Solissa mengatakan, China bahkan menggerakkan oknum muslim Uighur yang mereka kuasai, untuk memata-matai saudaranya sesama Uighur yang tinggal atau berada di luar negeri.
Dia mengutip Radio Free Asia (RFA), ada kejadian oknum muslim Uighur yang diperintah memata-matai orang-orang Uighur yang berada di Turki.
Dari laporan RFA, lanjut AB Solissa, diketahui jika seorang warga Uighur yang menjadi mata-mata China, tertangkap tangan oleh pria Uighur bernama Yasinjan yang pindah dan berprofesi sebagai tukang cukur rambut di Istambul Turki.
“Saat di interogasi, mata-mara tersebut akhirnya mengaku jika petugas polisi China di Hotan yang berada di daerah otonomi Uighur Xinjiang, telah mengirim pesan kepadanya, memintanya untuk mengawasi Yasinjan dan warga Uighur lainnya di Istanbul dan sudah mengirim semua rekaman video serta catatannya ke polisi China,” ujarnya, Kamis (9/2/2023).
Dikatakannnya, pendekatan keras China terhadap orang-orang Uighur di Turki, telah membuat hubungan bilateral antar kedua negara memanas.
Meski tidak dapat melindungi seluruh orang-orang Uighur di negerinya, Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu memastikan tidak akan memenuhi permintaan Beijing untuk mengekstradisi orang Uighur yang telah menjadi warga negara Turki, kembali ke China.