Sebagaimana diberitakan News 18, setelah prediksinya menjadi viral, Frank Hoogerbeets menanggapi gempa yang terjadi dengan mengatakan, “seperti yang saya nyatakan sebelumnya, cepat atau lambat ini akan terjadi di wilayah ini, mirip dengan tahun 115 dan 526. Gempa bumi ini selalu didahului oleh geometri planet yang kritis, seperti yang kami lakukan pada 4-5 Februari,"
Gempa Turki menghancurkan ratusan bangunan dan menewaskan puluhan ribu orang lebih di kedua negara. Guncangan gempa yang terasa hingga Mesir itu berpusat di Gaziantep, Turki, sekira 90 kilometer dari perbatasan Suriah. Turki pun mengumumkan keadaan darurat selama 3 bulan.
Kembali ke prediksi Hoogerbeets, banyak juga yang mempertanyakan prediksinya. Bahkan, ada yang menyebutnya pseudosains atau ilmu semu.
Berdasarkan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS), prediksi gempa tidak didukung oleh bukti ilmiah, karena gempa merupakan fenomena alam.
Laporan USGS menyebutkan, prediksi (oleh non-ilmuwan) biasanya mulai beredar di media sosial ketika terjadi sesuatu yang diyakini sebagai pertanda gempa yang akan segera terjadi.