PRANCIS - Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan dia tidak ingin melihat Rusia dihancurkan oleh kekalahan di Ukraina.
Berbicara kepada media Prancis, Macron mendesak negara-negara Barat untuk meningkatkan dukungan militer untuk Kyiv dan mengatakan dia siap menghadapi perang yang berkepanjangan.
"Saya ingin Rusia dikalahkan di Ukraina, dan saya ingin Ukraina dapat mempertahankan posisinya," katanya, dikutip BBC.
Tapi dia menyerang orang-orang yang katanya ingin memperluas perang ke Rusia sendiri dalam upaya untuk "menghancurkan" bangsa.
BACA JUGA: Ribuan Pekerja Gelar Mogok Massal Usai Prancis Berencana Ubah Usia Pensiun Jadi 64 Tahun
Komentar itu muncul saat para pemimpin dunia berkumpul di Konferensi Keamanan Munich, yang melihat janji untuk mempercepat pasokan senjata ke Kyiv dan memberlakukan sanksi lebih keras terhadap Moskow.
"Saya tidak berpikir, seperti yang dilakukan beberapa orang, bahwa kita harus menargetkan kekalahan total Rusia, menyerang Rusia di tanahnya sendiri," terangnya kepada surat kabar Le Journal du Dimanche.
"Para pengamat itu ingin, di atas segalanya, menghancurkan Rusia. Itu tidak pernah menjadi posisi Prancis dan tidak akan pernah menjadi posisi kami,” lanjutnya.
Berbicara pada konferensi di Munich pada hari Jumat, Macron menegaskan bahwa sekarang bukan waktunya untuk berdialog dengan Moskow.
Namun dia tidak segan-segan menyebut pembicaraan damai sebagai tujuan akhir.
Presiden menyarankan bahwa upaya militer Ukraina, yang didukung oleh sekutu, adalah satu-satunya cara untuk "membawa Rusia kembali ke meja perundingan dan membangun perdamaian abadi".
Dia juga menolak kemungkinan perubahan rezim di Rusia, menggambarkan upaya serupa di seluruh dunia sebagai "kegagalan total".
Terlepas dari komentar Macron, negosiasi adalah prospek yang jauh bagi para pemimpin Ukraina.
Pada Jumat (17/2/2023), Menteri Luar Negeri Dmytro Kuleba menyambut baik keputusan untuk tidak mengundang Moskow ke konferensi Munich.
Para pemimpin Rusia tidak boleh diundang ke meja perundingan selama "negara teroris membunuh, selama menggunakan bom, misil, dan tank sebagai argumen untuk politik internasional", katanya.
Sementara itu, Presiden Volodymyr Zelensky telah mengesampingkan pembicaraan langsung dengan mitranya dari Rusia, Vladimir Putin, bersikeras tidak ada "kepercayaan" di antara para pihak. Dalam sebuah wawancara dengan BBC awal pekan ini, dia juga menolak gagasan menyerahkan wilayah untuk mencapai kesepakatan damai dengan Moskow.
Macron sebelumnya telah dikritik oleh beberapa sekutu NATO karena mengirimkan apa yang mereka yakini sebagai pesan campuran di Ukraina.
Pada Juni tahun lalu, dia dikecam oleh Kuleba karena mengatakan sangat penting bahwa Rusia tidak "dipermalukan atas invasinya".
Kuleba pada saat itu menjawab bahwa Rusia - yang "mempermalukan dirinya sendiri" - perlu ditempatkan dari sudut pandang Ukraina.
(Susi Susanti)