UKRAINA - Ukraina membantah terlibat dalam serangan terhadap jaringan pipa Nord Stream, yang membawa gas Rusia ke Eropa pada September tahun lalu
Pernyataan Kyiv mengikuti laporan dari New York Times, yang mengutip pejabat intelijen Amerika Serikat (AS) anonim yang menyarankan kelompok pro-Ukraina yang harus disalahkan.
Dalam laporan terpisah, media Jerman mengatakan para penyelidik yakin mereka mengidentifikasi kapal yang digunakan untuk menanam bahan peledak.
Seperti diketahui, pengiriman gas melalui pipa telah ditangguhkan sebelum ledakan. Rusia menutup pipa Nord Stream 1 pada Agustus tahun lalu, dengan mengklaim bahwa pipa tersebut membutuhkan pemeliharaan. Nord Stream 2 tidak pernah digunakan.
BACA JUGA: Temukan Bahan Peledak, Swedia Konfirmasi Kerusakan Pada Pipa Gas Nord Stream Disebabkan Sabotase
Penyebab pasti ledakan 26 September yang menghantam pipa gas alam tidak diketahui, tetapi diyakini secara luas bahwa mereka diserang.
Moskow menyalahkan Barat atas ledakan tersebut dan meminta Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk menyelidikinya secara independen.
Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan para pemimpin Barat telah berhenti menuduh Rusia secara langsung, meskipun Uni Eropa (UE) sebelumnya mengatakan Rusia menggunakan pipa gasnya sebagai senjata melawan Barat.
Pada Selasa (7/3/2023, New York Times melaporkan bahwa intelijen baru yang ditinjau oleh pejabat AS menyarankan bahwa kelompok pro-Ukraina melakukan serangan terhadap pipa Nord Stream.
Mengutip pejabat AS yang tidak disebutkan namanya, laporan itu mengatakan tidak ada bukti bahwa Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky atau letnan utamanya terlibat dalam operasi itu.
Surat kabar AS melaporkan bahwa para pejabat menolak untuk mengungkapkan sifat intelijen, bagaimana itu diperoleh atau "rincian kekuatan bukti yang dikandungnya".
"Pejabat yang telah meninjau intelijen mengatakan mereka yakin para penyabot kemungkinan besar adalah warga negara Ukraina atau Rusia, atau kombinasi dari keduanya,” terang suratkabar itu.
Mykhailo Podolyak, penasihat senior Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, mengatakan pemerintah Ukraina sama sekali tidak terlibat dalam sabotase tersebut. Dalam sebuah pernyataan sebagai tanggapan atas laporan New York Times, Podolyak menambahkan bahwa Kyiv tidak memiliki informasi tentang apa yang telah terjadi.
Menanggapi laporan tersebut Wakil utusan Rusia untuk PBB Dmitry Polyanskiy langsung turun tangan.
"[Itu] hanya membuktikan bahwa inisiatif kami untuk meluncurkan penyelidikan internasional di bawah naungan Sekretaris Jenderal PBB sangat tepat waktu,” terangnya.
Sementara itu, surat kabar Jerman Die Zeit melaporkan bahwa pihak berwenang Jerman telah membuat terobosan dalam penyelidikan mereka atas penyebab serangan tersebut.
Menurut penelitian bersama yang diterbitkan oleh surat kabar tersebut dan organisasi media Jerman lainnya, kapal yang digunakan untuk menanam bahan peledak adalah kapal pesiar yang disewa dari sebuah perusahaan yang berbasis di Polandia, yang dilaporkan milik dua orang Ukraina. Kebangsaan mereka yang melakukan serangan itu tidak jelas.
Namun, surat kabar itu mengatakan penyelidik Jerman belum menemukan bukti siapa yang memerintahkan penghancuran itu. Ini juga menunjukkan bahwa masih ada kemungkinan operasi bendera palsu yang dimaksudkan untuk mengarah ke Ukraina.
Peta yang menunjukkan rute jalur pipa Nord Stream antara Rusia dan Jerman serta perbatasan zona ekonomi di laut Baltik.
Sedikitnya 50m (164ft) pipa bawah laut Nord Stream 1 yang membawa gas Rusia ke Jerman diperkirakan telah hancur akibat ledakan bulan September.
Polisi Denmark percaya "ledakan kuat" membuat empat lubang di pipa dan kembarannya yang lebih baru, Nord Stream 2.
Otoritas Jerman, Denmark, dan Swedia semuanya telah menyelidiki insiden tersebut.
Selama beberapa dekade, Rusia memasok gas alam dalam jumlah besar ke Eropa. Namun setelah perang di Ukraina dimulai pada Februari tahun lalu, sebagian besar negara Eropa secara drastis mengurangi ketergantungan mereka pada energi Rusia.
(Susi Susanti)