“Dengan menunjukkan beragam gaya hidup pasangan dan alasan mereka tinggal bersama alih-alih menikah, kami ingin mengangkat topik kohabitasi di masyarakat, ke permukaan," ungkapnya.
Di Korea Selatan, fenomena tinggal bersama di luar ikatan pernikahan semakin diterima masyarakat. Tingkat penerimaan masyarakat tumbuh menjadi 65% dari 46% pada satu dekade lalu. Menurut survei baru pemerintah, hanya 35% warga Korsel yang setuju pada gagasan pasangan kohabitasi boleh memiliki anak.
Di antara mereka yang tinggal dengan pasangan tanpa menikah, 31 persen melakukannya atas alasan keuangan, disusul 19 persen yang melakukannya karena tidak mau terikat oleh institusi pernikahan maupun norma.
Menurut penonton setia dan pakar acara kencan televisi, alasan banyaknya pemirsa yang menyukai program-program tersebut adalah pemilihan peserta dari kalangan masyarakat biasa yang dianggap lebih ‘nyambung’ dengan pemirsa, daripada aktor atau aktris dalam film dan drama TV.
“Meski angka pernikahan dan kelahiran di Korea Selatan sangat rendah, acara kencan di dunia nyata populer belakangan ini, karena banyak pemirsa yang mengalami ‘efek identifikasi’ lewat perasaan senang seolah mengalami sendiri serta empati emosional dengan menonton reality show kencan," kata Lim Myung-ho, dosen psikologi di Universitas Dankook.
Kim Yu-jin, pemirsa acara "Single’s Inferno 2," acara kencan populer Netflix, menyuarakan hal yang sama saat menghadiri acara temu penggemar program itu.
“Soal kencan, saya cuma punya referensi dari pengalaman pribadi, tapi saya jadi bisa melihat hubungan orang lain lewat program kencan ini. Acaranya juga asyik," ujarnya.
(Susi Susanti)