LONDON - Serangan udara Inggris di Irak dan Suriah mungkin telah menewaskan setidaknya 26 warga sipil, menurut penelitian oleh sebuah badan amal.
Aksi Kekerasan Bersenjata (Action on Armed Violence/AOAV) mengatakan telah menemukan bukti bahwa setidaknya sembilan serangan angkatan udara Kerajaan Inggris (RAF) mengakibatkan kematian warga sipil antara Maret 2016 dan Maret 2018.
AOAV mengatakan bahwa pengakuan Kementerian Pertahanan bahwa serangan udara itu menyebabkan satu kematian warga sipil dalam kampanya selama tujuh tahunnya melawan kelompok Negara Islam (IS, dahulu ISIS) sekarang tidak dapat dipercaya.
Kementerian Pertahanan mengatakan "tidak ada bukti" kematian warga sipil yang ditemukan dalam serangan itu.
Seorang juru bicara mengatakan personel militer memeriksa semua bukti yang tersedia, termasuk data misi dari setiap serangan, demikian diwartakan BBC.
Analisis serangan Inggris dilakukan oleh AOAV, yang meneliti dampak konflik global. BBC belum memverifikasi temuan AOAV secara independen.
Berdasarkan penelitiannya sendiri, badan amal tersebut mengatakan setidaknya 26 warga sipil kemungkinan besar telah tewas dalam serangan Inggris dalam periode dua tahun antara Maret 2016 dan Maret 2018, sementara hingga 32 warga sipil mungkin telah terbunuh.
Sebagian besar serangan yang mengakibatkan kematian warga sipil "dilaporkan sendiri", yang berarti personel militer dalam koalisi pimpinan Amerika Serikat (AS) menyoroti kekhawatiran warga sipil mungkin terbunuh setelah serangan.