Oleksiy Danilov menulis di Twitter bahwa rencana Rusia adalah "langkah menuju destabilisasi internal" di Belarusia dan memperkirakan sentimen anti-Rusia di negara itu akan tumbuh.
Pemimpin oposisi Belarusia yang diasingkan, Sviatlana Tsikhanouskaya, mengatakan pengerahan senjata nuklir Rusia di negaranya "sangat bertentangan dengan keinginan rakyat Belarusia" dan akan menjadikannya target potensial untuk serangan balasan.
Namun Yuriy Sak, penasihat kementerian pertahanan Ukraina, mengatakan kepada BBC bahwa Ukraina terbiasa dengan ancaman nuklir dari Rusia, menambahkan bahwa penyebaran di Belarusia tidak akan mengubah hasil perang.
“Mereka tidak dapat memenangkan perang ini karena bagi mereka itu tidak berkelanjutan, tidak dapat dimenangkan, [dan] mereka tidak dapat mengalahkan Ukraina karena kita telah hidup dengan ancaman hipotetis kemungkinan serangan nuklir sejak hari pertama invasi skala besar,” paparnya.
Sak mengatakan tidak ada yang baru dalam perilaku Rusia, karena telah menempatkan peralatan militer di Belarusia sejak dimulainya perang pada 2022.
Mykhailo Podolyak, penasihat senior Presiden Zelensky lainnya, mencirikan langkah itu sebagai "taktik menakut-nakuti" dan mengatakan pemimpin Rusia itu "terlalu mudah ditebak".
Analis di lembaga think tank AS Institute for War mengatakan risiko eskalasi perang nuklir setelah pengumuman itu tetap "sangat rendah".