MOSKOW - Ledakan di St. Petersburg, Rusia yang menewaskan blogger militer Vladlen Tatarsky didalangi oleh Ukraina, kata Komite Anti-Terorisme Nasional Rusia (NAK) pada Senin, (3/4/2023). NAK menggambarkan pembunuhan Tatarsky itu sebagai "serangan teroris."
Tatarsky, yang bernama asli Maksim Fomin, mengadakan acara tatap muka dengan para pengikutnya di sebuah kafe di pusat sejarah kota pada Minggu, (2/4/2023) malam ketika sebuah bom meledak, membunuhnya dan melukai lebih dari 30 orang lainnya.
Menurut NAK, Kyiv menggunakan "individu yang bekerja sama dengan Yayasan Anti-Korupsi (Alexey) Navalny (FBK)" untuk melakukan serangan itu. Para pejabat menggambarkan tersangka Darya Trepova, yang ditahan pada Senin, sebagai "pendukung aktif" FBK, demikian diwartakan RT.
Navalny, seorang juru kampanye antikorupsi dan tokoh oposisi, mendirikan FBK pada 2011. Organisasi tersebut dicap oleh pihak berwenang sebagai 'ekstremis' dan dilarang di Rusia pada 2021.
Navalny saat ini menjalani hukuman penjara karena tuduhan penggelapan dana. Dia menuduh pejabat Rusia mencoba meracuninya setelah tiba-tiba jatuh sakit dalam penerbangan domestik pada 2020. Kremlin membantah terlibat dalam insiden tersebut.
Saksi mengatakan kepada media Rusia bahwa wanita muda itu menghadiri acara Tatarsky dan memberinya sebuah patung sebagai hadiah sesaat sebelum ledakan.
Berasal dari Donbass, Tatarsky bergabung dengan pasukan lokal yang berperang melawan pasukan Ukraina setelah kudeta 2014 di Kiev. Dia kemudian membangun karier sebagai blogger terkemuka, meliput konflik Rusia-Ukraina di saluran Telegramnya.
Tahun lalu, pihak berwenang Rusia mengklaim bahwa Kiev berada di balik pemboman mobil di dekat Moskow yang menewaskan jurnalis Darya Dugina. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky membantah bahwa negaranya berperan dalam kematiannya.
(Rahman Asmardika)