PELAJAR serta atlet peraih emas Pekan Olahraga Nasional (PON) pertama 1948 turut menjadi korban dalam aksi pemberontakan Partai Komunis Indonesia/Front Demokrasi Indonesia (PKI/FDR) di Madiun atau biasa disebut Madiun Affairs 67 tahun silam.
Pasca-didirikan Republik Soviet Indonesia sebagai implementasi Madiun Affairs, 18 September 1948, Kota Madiun dikuasai PKI/FDR. Para simpatisan sayap kiri merebut sejumlah jabatan pemerintahan dari tangan para pegawai pemerintah.
Namun, di dalam kota masih ada sejumlah elemen 'pendukung pemerintahan Republik Indonesia dari unsur pelajar, setelah sebelumnya sejumlah anggota TNI dari Divisi Siliwangi berhasil dilucuti PKI/FDR.
Dikutip dari buku ‘Sejarah Daerah Jawa Timur’, masih ada unsur TRIP – Tentara Republik Indonesia Pelajar, yang bertahan di asrama. Asrama TRIP yang kini jadi gedung SMPN 2 Madiun itu pun turut diserbu FDR/PKI pada suatu siang, 22 September 1948.
Seorang pejuang pelajar tewas dalam penyerbuan itu, Moeljadi yang kala itu bertugas jaga di asrama. Moeljadi tinggal nama di ujung senapan yang ironisnya, dilakukan kakak kandungnya sendiri.
Tubuh Moeljadi juga ditusuk-tusuk sangkur untuk memastikan sudah tewas. Sedangkan sisa anggota TRIP lainnya ditangkap.
Pembunuhan para pelajar pejuang itu memicu amarah sejumlah anggota TRIP lain, serta para pelajar di Kota Madiun. Bahkan, para pelajar terang-terangan membentuk gerakan Pelajar Anti Musso (PAM), dengan menyebar selebaran anti PKI pimpinan Musso dan Amir Sjarifoeddin.
Residen Madiun yang juga simpatisan PKI, Abdul Muntalib, mengumpulkan sekitar enam ribu pelajar di Pendopo Kabupaten Madiun. Hal ini untuk meredam gerakan para pelajar.
Para pelajar yang sudah terbakar tak menanggapi ceramah sang residen. Mereka justru membuat keriuhan dan kegaduhan yang tak bisa dikendalikan Muntalib.
Para pelajar sudah tak mau mendengarkan lantaran sudah kadung marah akibat peristiwa terbunuhnya Moeljadi dan anggota TRIP lainnya.
Seiring waktu, para pelajar kian gencar menantang pemerintahan Republik Soviet Indonesia. PKI/FDR meyakini gerakan para pelajar berporos pada TRIP, hingga sejumlah anggotanya kembali ditangkapi.
Sebanyak tujuh pelajar pejuang diringkus pada 28 September 1948, berkat tiga pelajar lain yang sudah jadi simpatisan PKI. Satu di antara pelajar pejuang yang dibawa ke Desa Kresek adalah Soetopo.
Dia merupakan pelajar setingkat SMA yang sempat memenangkan medali emas cabang lomba lari pada PON pertama, 9-12 September 1948.
Situasi mencekam para pelajar di Madiun baru reda seketika, tatkala pasukan gabungan TNI dari Divisi Gunung Jati, Divisi Siliwangi dan Brawijaya membasmi PKI/FDR dan menguasai Kota Madiun pada 30 September 1948.
Gerakan PKI/FDR sedianya juga sempat memakan korban sejumlah anggota organik TNI dan juga pejabat pemerintahan. Mulai dari Gubernur pertama Jawa Timur, Raden Mas Tumenggung Ario Soerjo, hingga tokoh polisi, Kombes Pol M. Doerjat.
(Arief Setyadi )