“Pas dilihat kartu sekolah HIS saya itu, kengototannya baru mencair. Saya akhirnya dibolehkan pulang setelah tiga hari ditahan. Tapi sebelumnya, saya minta surat jalan untuk pulang. Karena kan di mana-mana banyak Belanda,” ujarnya.
“Saya pulang ke Cikampek dari Bogor dari gerobak kereta (kereta barang.red). Di setiap stasiun yang dilewati, diperiksa tentara NICA. Wah, itu mereka ganas-ganas banget dah. Kalau lihat orang pakai pin merah putih, disuruh telan itu pinnya. Kalau enggak mau, dihantam popor kepalanya,” tambah Edi.
Edi Somad pun selamat sepanjang perjalanan berbekal surat jalan tersebut. Ia pun melapor dan kembali bergabung ke induk pasukan Siliwangi setibanya di Cikampek.
(Arief Setyadi )