SMA/B Semarang pada masa Pierre sekolah terbagi menjadi SMA B1 dan SMA B2 yang menempati kompleks gedung sekolah yang sama. Pierre merupakan siswa SMA B1 dan ditempatkan di kelas 1-5. Selama tiga tahun pendidikan sekolah lanjutan atas ini, setiap kenaikan kelas, Pierre selalu bersama teman-teman yang sama dari kelas satu.
Pada masa SMA ini, banyak kisah menarik yang dituturkan keluarga atau rekan satu kelas Pierre.
Layaknya anak muda sebayanya, saat inilah bunga-bunga kehidupan tengah mekar, dan begitu juga yang dirasakan Pierre.
Seperti anak muda seusianya saat itu, Pierre sangat menggemari sepeda motor. A.L. Tendean membelikan Pierre sebuah sepeda motor Ducati berwarna hitam sebagai hadiah kenaikan tingkat ke SMA.
"Khusus untuk motor kebanggaannya ini, Pierre sendiri yang langsung turun tangan mencuci dan merawatnya. Tak ada yang boleh menyentuhnya selain dirinya," terangnya.
Pierre pernah mengendarai motor Ducati hitamnya ke daerah Demak untuk mendaki gunung. Namun, dalam perjalanan pulang, Pierre mengalami kecelakaan kecil yang menyebabkan lampu sorot motor Ducati-nya rusak.
Karena motor itu belum genap sebulan dimiliki, dan dibayangi oleh rasa takut akan hukuman disiplin dari sang ayah, Pierre memutuskan membawa pulang motor tersebut dan membungkus lampu itu dalam kantong plastik. Tentu saja meski sembunyi-sembunyi, peristiwa itu tetap ketahuan, dan Pierre tetap kena teguran ayahandanya.
Motor kesayangan ini pula yang setia ditunggangi Pierre selama masa SMA.
"Setiap pagi, sebelum berangkat sekolah, Pierre selalu berpamitan kepada ibunda yang mengantar di teras rumah dengan melambaikan tangan dan lantang meneriakkan ”Adios” dari atas Ducati-nya," ungkapnya.
Pierre lulus SMA/B dengan nilai ujian rata-rata baik pada 5 Agustus 1958. Berdasarkan nilai yang didapat, Pierre sangat menonjol pada mata pelajaran Aljabar, Ilmu Ukur, dan Bahasa Inggris, yang masing-masing tertulis angka 9 di ijazah kelulusan SMA-nya. Nilai untuk sebagian besar mata pelajaran adalah 7, termasuk mata pelajaran Bahasa Jerman, Bahasa Indonesia, Fisika, Biologi, dan Ilmu Alam.
Namun, untuk mata pelajaran Kimia dan Geografi, Pierre hanya mendapat nilai 6, dan pastinya, Pierre tidak menikmati ilmu tata buku karena nilai untuk mata pelajaran ini di ijazah adalah 5.
Walaupun nilai kelulusannya pada mata pelajaran Pendidikan Jasmani tergolong sedang, dengan angka rata-rata 7, faktanya kemampuan Pierre di bidang olahraga tetaplah menonjol. Ia merupakan pribadi yang senang berolahraga.
Pierre menguasai berbagai cabang olahraga, seperti tenis, bola basket, bola voli, dan menunggang kuda. Khusus untuk bola basket dan bola voli, ia merupakan bintang lapangan sehingga ia sangat dikenal di kalangan kawan-kawan sekolahnya.
(Awaludin)