JAKARTA - Fenomena alam menjadi penanda bagaimana setiap peristiwa penting di Kerajaan Majapahit. Bahkan konon gempa bumi sebagai tanda alam disebutkan Kitab Pararaton menjadi penanda suatu peristiwa usai Perang Sadeng.
Memang Perang Sadeng menjadi momentum bagaimana suatu perubahan di Kerajaan Majapahit. Konon wilayah Sadeng yang menjadi lokasi peperangan berada di tepi Sungai Bedadung di Kabupaten Lumajang dan Keta, yang terletak di pantai utara Jawa Timur telah masuk dalam wilayah Kerajaan Majapahit.
Sehabis perang Sadeng rupanya Aria Tadah merasa dirinya kurang tepat lagi untuk memangku jabatan patih amangkubhumi. Ia mohon dibebaskan dari tugasnya hingga akhirnya pada tahun 1334 permohonan itu dikabulkan.
Di sisi lain, calon penggantinya Gajah Mada telah mempunyai pengalaman tiga tahun sebagai patih Daha. Pengalaman itu dirasa oleh Sang Prabhu telah cukup bagi Gajah Mada untuk diserahi tugas baru yang lebih berat. Dengan berhentinya Aria Tadah alias Pu Krewes sebagai patih amangkubhumi, maka jabatan patih amangkubhumi lowong. Gajah Mada ditunjuk untuk mengisinya.
Slamet Muljana pada "Pemugaran Persada Sejarah Kerajaan Majapahit", menjelaskan Gempa bumi di Banyupindah, salah satu wilayah kekuasaan Kerajaan Majapahit ditafsirkan Pararaton konon menjadi perubahan.