Pola kamuflase dengan empat warna (coklat, hijau, hitam dan khaki) itu jadi pola “loreng” pertama di dunia dan digunakan Angkatan Darat Jerman sejak 1931. Pola kamuflase ini kala itu lebih banyak digunakan untuk bahan poncho atau jas hujan.
Seiring waktu berjalan, pola-pola loreng ini berkembang dan memang dipopulerkan militer Jerman. Mereka memunculkan beragam pola-pola lainnya, seperti “Platanenmuster" versi musim panas dan musim gugur (1937), “Splittermuster” untuk Luftwaffe (Angkatan Udara Jerman) pada 1941, hingga “Liebermuster” pada 1945.
Tak ketinggalan Waffen SS atau Pasukan Partai Nazi Jerman juga gemar menggunakan berbagai pola loreng lainnya di masa Perang Dunia II. Macam Rauchtarnmuster (pola smoke) yang sudah eksis sejak 1939, “Palmenmuster” (pola pohon palem) pada 1941, “Beringtes Eichenlaubmuster” (pola daun oak) 1942, serta “Erbsenmuster” (pola kacang polong) 1944-1945.
Amerika Serikat (AS) pada 1942, sudah punya seragam pola loreng “Frog Skin” atau kulit kodok. Tapi penggunannya di Perang Dunia II Front Eropa, dibatalkan karena sering saru dengan pola loreng milik Jerman Nazi, hingga hanya digunakan Korps Marinir di Front Pasifik.
Pola loreng itu juga sempat dipakai tentara Belanda di Indonesia pasca-Perang Dunia II. Pola Flecktarn milik Jerman sekarang berkembang berbagai versi dan masih dipakai beberapa pasukan negara lainnya selain Jerman.