Dan ia juga ingin – seperti yang ia sampaikan di akhir pernyataannya – memastikan bahwa kita tetap waspada terhadap terorisme,” ungkapnya dalam keterangan pers pada Jumat.
“Kami menangani seorang pemimpin Al-Qaeda tanpa pasukan di lapangan,” tambah Jean-Pierre. Ia merujuk pada pembunuhan Ayman al-Zawahiri dengan rudal drone AS di pusat kota Kabul, lokasi di mana menurut pemerintah AS ia tinggal sebagai tamu Taliban.
Seorang pejabat AS, yang berbicara kepada VOA dengan syarat anonim agar dapat membahas masalah intelijen, mengatakan bahwa yang dimaksud Presiden Biden dengan “bantuan” Taliban adalah operasi Taliban April lalu yang menewaskan seorang pemimpin ISIS-K, atau dikenal sebagai Negara Islam Khorasan, afiliasi ISIS di Afghanistan.
Dewan Keamanan Nasional mengklaim sosok itu sebagai otak serangan bom bunuh diri mematikan di Gerbang Abbey bandara internasional Kabul pada 2021 lalu, yang menewaskan 13 tentara AS dan sedikitnya 160 orang Afghanistan.
Penilaian Biden soal Al-Qaeda di Afghanitan menyoroti perpecahan antara Washington dan PBB terkait keberadaan kelompok-kelompok teroris di Afghanistan dan ancaman mereka di wilayah itu.
Sebuah laporan PBB yang terbit awal tahun ini menyimpulkan bahwa kelompok itu diperkirakan akan tetap berada di Afghanistan dalam waktu dekat, membuat negara itu tetap menjadi “sumber utama ancaman teroris bagi Asia Tengah dan Selatan.”
“Ikatan Al-Qaeda dan Taliban tetap erat,” kata laporan Tim Dukungan Analitis dan Pemantauan Sanksi PBB, yang didasarkan pada intelijen negara-negara anggota.