MALANG - Sosok Tonko Oosterhuis yang namanya tertulis di batu yang ditemukan saat revitalisasi Bundaran Tugu Malang akhirnya terjawab. Sosoknya merupakan bagian dari tentara Koninklijk Nederlands(ch)-Indisch Leger atau yang disingkat KNIL.
Tentara KNIL merupakan tentara kerajaan Hindia Belanda yang didirikan Belanda tahun 1830. Tujuan dibentuknya KNIL adalah untuk mengawasi dan mengontrol wilayah jajahan.
Pengamat dan peneliti sejarah Malang Tjahjana Indra Kusuma menjelaskan, batuan menyerupai bangku berbentuk kotak di Bundaran Tugu Malang memang terdiri dari tiga buah. Tetapi batuan ini masih saling terkait dengan batu pertama dengan tulisan Tonko Oosterhuis atau merupakan nama Pak Tonko dari keluarga Oosterhuis.
Sosoknya disebut Tjahjana merupakan tentara KNIL yang lahir di Westerlee, Belanda.
"Ini (tentara) KNIL sejak muda tahun 21 memulai dinasnya di Kalabahi, Kepulauan Alor. Kemudian mutasi ke Waingapu, kemudian ke Cimahi, habis itu ke Surabaya, ditempatkan ke Samarinda, terakhir ditempatkan di Malang sampai invasi Jepang," ucap Tjahjana Indra saat berbincang dengan Okezone belum lama ini.
Ia memiliki tiga orang anak, di mana anak pertama bernama Johan lahir di Kalabahi, Kepulauan Alor pada tahun 1927 dan meninggal di Lowokwaru, Malang pada tahun 1945.
Sedangkan Yan yang juga diukir menjadi nama di sebuah batu ketiga lahir di Cimahi atau dalam penulisan batu itu 'Tjimahi' dan meninggal di Labuan Bajo, yang kini masuk Nusa Tenggara Timur (NTT).
"Anaknya Tonko Oosterhuis ini ada tiga, yang mbarep (anak pertama) Johan, Yan ini nggak tahu anak nomor berapa. Si Johan ini lahir di Kalabahi, karena bapaknya pernah tugas di sana, yang satunya lahirnya di Cimahi, ibunya orang Timor. Yang Johan meninggal di Lowokwaru, Malang, yang Yan ini meninggal di Labuan Bajo saat berenang kena serangan jantung," jelasnya.