BEIRUT - Setidaknya enam orang tewas dalam bentrokan di sebuah kamp pengungsi Palestina di Lebanon akhir pekan lalu. Bentrokan di kamp Ein el-Hilweh pecah antara gerakan Fatah Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas dan kelompok-kelompok Islam saingan.
Di antara enam yang tewas adalah seorang komandan Fatah, kata gerakan itu sebagaimana dilansir BBC.
Didirikan pada 1948, kamp Ein el-Hilweh yang bergolak adalah yang terbesar di Lebanon dengan lebih dari 63.000 pengungsi terdaftar, kata PBB. Beberapa perkiraan mengatakan populasinya lebih tinggi.
Kamp tersebut, yang terletak di dekat kota selatan Sidon, berada di luar yurisdiksi pasukan keamanan Lebanon.
BACA JUGA:
Itu diserahkan kepada faksi-faksi yang bersaing di dalam kamp untuk menjaga keamanannya, tetapi perselisihan antar faksi sering terjadi.
Kekerasan akhir pekan meletus pada Sabtu, (29/7/2023) ketika seorang anggota kelompok Islam al-Shabab al-Muslim terbunuh, lapor kantor berita AFP mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya di dalam kamp tersebut. Enam orang lainnya termasuk pemimpin kelompok itu terluka, tambahnya.
Ketegangan terus meningkat hingga Minggu, (30/7/2023) yang berpuncak pada kematian komandan Fatah, Ashraf al-Armouchi, dan empat pembantunya.
Dalam sebuah pernyataan yang dikutip AFP, Fatah mengecam "kejahatan keji dan pengecut" yang bertujuan merusak "keamanan dan stabilitas" kamp-kamp Palestina di Lebanon.
"Keamanan kamp adalah garis merah, dan tidak diperbolehkan bagi siapa pun untuk mengintimidasi orang-orang kami dan merusak keamanan mereka," kata kepresidenan Palestina.
Selain enam orang tewas, tentara Lebanon juga terluka dalam kekerasan tersebut, kata tentara Lebanon.
Direktur Badan PBB untuk Pengungsi Palestina di Lebanon (UNRWA), Dorothee Kraus, mengatakan semua operasi badan tersebut di kamp telah ditangguhkan.
Dia meminta "semua pihak militan untuk memastikan keamanan warga sipil dan menghormati bangunan PBB yang tidak dapat diganggu gugat".
Gencatan senjata sejak itu telah disepakati, menurut pernyataan bersama yang dikutip oleh AFP.
Lebih dari 479.000 pengungsi terdaftar di UNRWA di Lebanon, kata badan tersebut. Sekitar setengahnya tinggal di 12 kamp pengungsi negara itu, yang memiliki kondisi kehidupan yang "mengerikan", tambahnya.
(Rahman Asmardika)