JAKARTA - Penyelaman selama dua hari yang dilakukan tim TNI AL membuah hasil. Tim bisa memastikan memastikan temuan bangkai kapal perang di perairan pemisah antara daratan Cilacap dengan Pulau Nusakambangan, Jawa Tengah.
Mengutip BBC News Indonesia, kabar mengenai penemuan bangkai kapal perang berawal pada Sabtu (15/7) malam, sekitar pukul 21.00 WIB.
Kala itu, dua nelayan bernama Mukmin (35) dan Surono (45), asal Kelurahan Tambakreja, Kecamatan Cilacap Selatan, Jawa Tengah, melakukan penyelaman di sekitar dermaga di Segara Anakan.
BACA JUGA:
Keduanya menemukan amunisi yang kemudian dilaporkan ke Pangkalan TNI AL di Cilacap. Dari informasi kedua nelayan itu, Komandan Pangkalan TNI Angkatan Laut (Danlanal) Cilacap, Kolonel Laut (P) Bambang Subeno, langsung melakukan pengecekan dan menemukan ribuan amunisi dari kaliber 7,62 mm hingga 12,7 mm.
“Kami melakukan identifikasi titik di mana ada penemuan ribuan amunisi dan melaksanakan pengamanan area. Hal itu dilakukan untuk menjaga kemungkinan senjata yang masih tersisa di sekitar titik penemuan guna menghindari penyalahgunaan dari pengambilan oleh masyarakat," jelas Bambang kepada BBC News Indonesia, dikutip Rabu (2/8/2023).
Amunisi yang paling awal ditemukan kondisinya sudah buruk, serbuk telah dibuang, dan antara selongsong dengan proyektil telah terpisah.
BACA JUGA:
Kemudian pada Minggu (16/7) sekitar pukul 09.30 WIB pihaknya telah melaksanakan pemetaan lokasi daerah penemuan amunisi di bawah laut. Pihaknya kemudian menduga amunisi-amunisi tersebut berasal dari kapal perang yang tenggelam di perairan alur Cilacap.
Untuk mengetahui kejelasannya, Bambang kemudian meminta bantuan dari Underwater Documentary Team (UDT) Pusat Komando Pasukan Katak (Puskopaska) yang mempunyai kemampuan penyelaman di sekitar bangkai kapal dan dokumentasi bawah air.
Pada Kamis (20/7), Tim Puskopaska TNI AL kemudian melaksanakan penyelaman untuk menindaklanjuti temuan ribuan amunisi di perairan Pulau Nusakambangan. Ada tujuh personel yang dilibatkan, terdiri dari lima personel Kopaska dan satu orang historical diver, dan satu technical diver. Mereka dipimpin oleh Direktur Operasi Pusat Komando Pasukan Katak (Puskopaska) Letkol Laut (P) Yudo Ponco.
Menurut Yudo, pihaknya dari UDT bekerja sama dengan historical diver dan technical diver melakukan identifikasi temuan amunisi.
“Langkah awal adalah pemetaan terlebih dahulu untuk menentukan titik penyelaman. Kemudian setelah kami lakukan identifikasi dari kode yang tertera di amunisi, dimungkinkan bukan produksi Indonesia. Membaca dari head stamp, itu kode yang ada di kepala amunisi. Dari head stamp tersebut, senjata itu memang bukan buatan Indonesia tapi Amerika. Asalnya dari senjata browning yang saat itu digunakan pada saat era PD II. Utamanya sebagai senjata pertahanan udara yang menempel di sayap pesawat,” jelas Yudo.
Mengapa senjata pesawat bisa sampai di lautan?
Danlanal Cilacap, Kolonel Laut (P) Bambang Subeno, menduga pesawat tersebut diangkut oleh kapal perang pada era PD II.