Sementara itu pada 13 Agustus 1945 di Tanah Air, setelah sempat ditutup-tutupi oleh Jepang, telegram kekalahan Negeri Sakura itu akhirnya diterima di Bandung. Pesawat-pesawat penerima di Bandung tidak disegel sehingga informasi itu bisa ditangkap para operator telepon dan telegrap PTT.
Informasi penting itu akhirnya sampai ke pemuda-pemuda di Jakarta yang langsung mendesak proklamai kemerdekaan Indonesia. Mereka khawatir Indonesia kehilangan momentum dari kekalahan Jepang tersebut.
Lantas, di hari yang sama, Soekarni, Chaerul Saleh, Eri Sudewo, Johan Nur, dan Abu Bakar Lubis mulai menyusun teks proklamasi di Asrama Prapatan Nomor 10, Jakarta. Asrama tersebut dikenal sebagai lokasi gerakan bawah tanah para pemuda.
(Qur'anul Hidayat)