Madden, yang merupakan peneliti dari Stimson Center di Washington DC, juga mencatat semakin tidak teraturnya penampilan publik tokoh-tokoh senior rezim. Pemerintah Korea Selatan mengatakan keterlibatan publik Kim sepanjang tahun ini telah berkurang setengahnya.
“Pada 2017 atau 2019 kita akan melihat pejabat senior memimpin atau menghadiri acara-acara tertentu yang bukan hari libur atau bukan hari jadi. Sejak 2020 keadaan menjadi sangat tidak merata – tentu saja dengan mengesampingkan pembatasan sosial. Terkadang kita melihat tuan-tuan ini, terkadang tidak,” ujar Madden.
Badan mata-mata Korea Selatan tidak dapat mengonfirmasi laporan mengenai ledakan tersebut.
“Pecahnya serangan bom belum teridentifikasi, namun kami sedang melacak situasi terkait,” kata seorang juru bicara kepada pers.
Tidak jelas berapa banyak orang yang terluka dalam ledakan tersebut, namun sebuah artikel di surat kabar The Dong-a Ilbo menyebutkan bahwa ada korban jiwa. Surat kabar tersebut berspekulasi bahwa serangan bom mungkin dimotivasi oleh kemarahan terhadap memburuknya krisis pangan di negara tersebut dan ancaman kelaparan.