
Beranjak ke komoditas yang dihilirisasi, bahwa berdasarkan data U.S. Geological Survey, Indonesia mempunyai cadangan nikel terbesar di dunia mencapai 21 juta ton atau setara 22 persen cadangan global, mengalahkan cadangan Australia senilai 20 juta ton dan Brazil senilai 16 juta ton. Produksi nikel Indonesia juga menempati posisi pertama yakni sebesar 1 juta ton, melebihi Filipina (370 ribu ton), Rusia (250 ribu ton), dan Kaledonia Baru (190 ribu ton).
Kebijakan larangan ekspor bijih nikel untuk hilirisasi yang mulai diterapkan pada 2020 berhasil meningkatkan ekspor komoditas hilirisasi nikel mencapai USD33,81 miliar di 2022. Hilirisasi nikel juga berhasil menumbuhkan ekosistem industri kendaraan listrik (electric vehicle/EV) domestik dengan nilai tambah sekitar 470 sampai 780 kali.
Peningkatan nilai tambah nikel melalui proyek hilirisasi diharapkan bisa melengkapi pohon industri di dalam negeri sehingga dapat menjadikan Indonesia sebagai global hub untuk produk ferronickel dan MHP sebagai bahan baku kendaraan listrik.
Sedangkan, untuk mendukung Indonesia menjadi basis produksi dan ekspor EV Dunia, harus juga dijalankan hilirisasi pada sektor lain, misalnya sektor pertambangan tembaga,
Untuk mendorong peningkatan local content, Pemerintah juga menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019 yang mengatur penerapan TKDN untuk kendaraan bermotor listrik berbasis baterai.