Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Daftar 7 Tokoh Penting PKI, Siapa Saja?

Endang Oktaviyanti , Jurnalis-Kamis, 31 Agustus 2023 |15:22 WIB
Daftar 7 Tokoh Penting PKI, Siapa Saja?
Ilustrasi (Foto: Freepik)
A
A
A

JAKARTA- Daftar tokoh penting Partai Komunis Indonesia (PKI) akan dibahas dalam artikel ini. Partai ini termasuk partai komunis non-penguasa terbesar di dunia setelah Uni Soviet dan Tiongkok yang pada akhirnya dihancurkan pada 1965 dan dinyatakan sebagai partai terlarang pada tahun berikutnya.

Masyarakat Indonesia tentu masih ingat betul bahwa G30S PKI telah mengorbankan tujuh jenderal TNI AD yang dibunuh pada 1 Oktober 1965, tepat dini hari. Sejarah pun mencatat bahwa PKI yang bertanggung jawab atas peristiwa itu.

Lantas, siapa saja daftar tokoh penting PKI? Berikut ulasannya, Kamis (31/8/2023).

1. Semaoen

Semaoen dikenal sebagai tokoh yang mendirikan PKI pertama kali pada 1920. Dia juga menjadi ketua pertamanya.

Sebelum mendirikan PKI, Semaoen merupakan tokoh komunis yang tergabung dalam Indische Sociaal-Democratische Vereeniging (ISDV), cikal bakal PKI. Dia tergabung ke dalam ISDV setelah bertemu dengan Henk Sneevliet, tokoh komunis Belanda yang pindah ke Indonesia pada 1912.

Selain itu, Semaoen juga tergabung dalam serikat buruh kereta api di Surabaya Vereeniging Voor Spoor-en Tramwegpersoneel (VSTP). Setelah Henk Sneevliet meninggalkan Indonesia pada 1920, Semaoen mengubah ISDV menjadi PKI.

Pada 1923, Semaoen yang saat itu menjadi ketua PKI tertangkap oleh pemerintah Belanda karena merencanakan demonstrasi besar-besaran. Akibatnya, ia diasingkan ke Belanda. Di Eropa, Semaoen aktif dalam pergerakan komunisme, seperti Executive Committee of the Comintern atau Komite Eksekutif Komunis Internasional (ECCI), di Moscow. Namun, setelah kembali ke Indonesia pada 1953, Semaoen sudah tidak aktif lagi di PKI.

2. D.N Aidit

D.N Aidit disebutkan masuk dalam tokoh penting PKI karena merupakan Ketua Umum Comite Central (CC) PKI.

Bahkan, di bawah kepemimpinan D.N Aidit, PKI menjadi salah satu kekuatan politik besar.

Terbukti pada Pemilihan Umum (Pemilu) 1955, PKI menempati posisi keempat setelah PNI, Masyumi, dan NU dengan meraih 16,4 persen suara kala itu.

Pemilik nama lengkap Dipa Nusantara Aidit juga membawa PKI menjadi partai yang memiliki banyak pengikut. Jumlah anggota partai ini membuatnya menjadi partai komunis terbesar ketiga di dunia setelah RRC dan Uni Soviet pada masa itu.

Peristiwa G30S PKI membuat D.N Aidit diburu secara besar-besaran. Pasukan tentara di bawah komando Kolonel Yasir Hadibroto, Komandan Brigade IV Infanteri, mendapatkan informasi bahwa dia bersembunyi di Sambeng pada 22 November 1965.

Setelah ditangkap di Solo, D.N Aidit dieksekusi mati di Boyolali. Yasir membawa D.N Aidit ke Markas Batalyon 444.

DN Aidit kemudian ditembak di depan sebuah sumur tua yang berlokasi di belakang Markas Batalyon 444 Boyolali. Jenazah DN Aidit diyakini berada di dasar sumur tua.

3. Syam Kamaruzaman

Selain D.N Aidit, ada sosok Syam Kamaruzaman yang merupakan Ketua Biro Khusus PKI. Dia juga diduga sebagai dalang dari kudeta dan pembunuhan yang terjadi pada peristiwa G30S PKI.

Dia berhasil memimpin organisasi rahasia PKI yang bertujuan untuk merancang dan mempersiapkan kudeta. Salah satu strategi yang dilakukan adalah dengan cara menyusup dan memengaruhi kelompok tentara berhaluan kiri.

Setelah peristiwa G30S terjadi, Syam tertangkap di Cimahi, Jawa barat pada 9 Maret 1967. Di meja pengadilan, Syam mengakui bahwa dia bergerak di bawah perintah Aidit. Atas pengakuannya tersebut dia dijatuhi hukuman mati hingga dieksekusi pada 1986.

4. Tan Malaka

Tokoh penting PKI lainnya yang menjadi sorotan adalah Tan Malaka. Dia merupakan pahlawan nasional yang memiliki ideologi kiri atau komunis sosialis.

Dia mulai berkenalan dengan ideologi komunisme ketika sekolah di Rijkskweekschool (sekolah pendidikan guru pemerintah) pada 1913. Selama kuliah, Tan Malaka juga terus menambah pengetahuannya tentang komunisme dengan membaca buku De Fransche Revolutie.

Selain itu, Tan bertemu dengan Henk Sneevliet, kemudian diajak untuk bergabung dengan ISDV. Dia berperan dalam pemogokan pegawai pegadaian pemerintah Belanda.

Namun, usaha Tan Malaka gagal. Dia justru diusir dari Indonesia oleh pemerintah kolonial Belanda.

Setelah Indonesia merdeka, Tan Malaka menjadi salah satu pelopor sayap kiri atau komunis. Usahanya setelah kemerdekaan Indonesia adalah menentang segala bentuk diplomasi dengan Belanda. Tan Malaka berpendapat bahwa kemerdekaan harus diperjuangkan 100 persen tanpa kompromi dengan penjajahan.

5. Henk Sneevliet

Henk Sneevliet merupakan tokoh komunis asal Belanda yang mendirikan ISDV di Surabaya pada 1914. Selain itu, dia juga tergabung ke dalam serikat buruh kereta api VSTP di Surabaya.

Berkat pengalamannya di komunisme Belanda, Sneevliet mengubah serikat buruh kereta api yang moderat ke arah modern dan agresif. Aktivitas Sneevliet di Indonesia membuat pemerintah kolonial Belanda gelisah.

6. Letkol Untung Syamsuri

Letnan Kolonel Untung Syamsuri adalah kunci di balik gerakan G30S. Dia merupakan seorang Komandan Batalyon KK I Cakrabirawa, pengawal Presiden Sukarno. Selain itu, Untung Syamsuri juga pernah menjadi komandan Batalyon 454/ Banteng Raiders yang berbasis di Semarang

Dalam peristiwa G30S, Letkol Untung diduga sebagai penggerak pasukan Cakrabirawa untuk melakukan penculikan dan pembunuhan yang terjadi terhadap tujuh jendral militer.

Setelah peristiwa itu terjadi, Letkol Untung melarikan diri dan menghilang hingga pada akhirnya tertangkap di Brebes, Jawa Tengah dan berujung eksekusi mati pada 1966, setahun setelah peristiwa G30S.

Komandan Batalyon I Tjakrabirawa Letkol Untung Syamsuri merupakan salah satu lulusan terbaik Akademi Militer saat itu. Selama masa bertugas, Untung berjasa dalam Operasi Trikora Pembebasan Irian Barat. Bahkan, dia turut mendapatkan penghargaan Bintang Sakti atas dedikasinya tersebut.

7. Darsono

Tokoh penting PKI selanjutnya ada Darsono. Dia merupakan salah satu tokoh komunis Indonesia pada awal berdirinya PKI pada 1920.

Sebelum masuk ke dalam ISDV, Darsono merupakan seorang jurnalis dan editor. Melalui latar belakang tersebut, Darsono masuk ke dalam ISDV dengan membuat artikel yang mengkritik pemerintah kolonial Belanda.

Salah satu artikel yang dia tulis adalah Het Process Sneevliet pada 1917. Tulisan tersebut kemudian menjadi bacaan wajib kaum komunisme Indonesia saat itu.

Dia juga pernah meminta diadakan kerja sama antara PKI dan Communist Partij, Belanda. Namun, setelah pemberontakan PKI 1926, Darsono menghilang dari perpolitikan dan gerakan komunis Indonesia.

(RIN)

(Rani Hardjanti)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement