INDIA - Seorang gadis remaja berusia 14 tahun di distrik Namakkal Tamil Nadu, India, dilaporkan meninggal pada Senin (18/9/2023), dan 43 orang lainnya dirawat di rumah sakit (RS) setelah dilaporkan mengonsumsi shawarma dan jenis makanan lainnya dari sebuah restoran.
Menurut penanggung jawab distrik Namakkal S Uma, 43 orang tersebut, termasuk 12 mahasiswa kedokteran dan lima anak-anak serta seorang wanita hamil yang pernah mengkonsumsi shawarma dan jenis makanan lainnya di sebuah restoran dekat Paramthi itu, mengalami diare, pusing dan muntah-muntah sehingga dirawat di Rumah Sakit Perguruan Tinggi Kedokteran Pemerintah.
Ia juga menambahkan, mereka telah menerima informasi pada Senin pagi (18/9/2023) bahwa seorang anak perempuan berusia 14 tahun telah meninggal.
Setelah diselidiki, anak perempuan tersebut bernama Kalaiyarasi, warga AS Petai, telah memakan shawarma yang dibeli dari restoran yang sama. Begitupun ibunya Sujatha dan kerabat lainnya juga pernah makan di restoran yang sama.
Kalaiyarasi diduga mengalami kesakitan dan keesokan harinya ia dibawa ke rumah sakit swasta. Namun, karena hari minggu itu tidak ada dokter yang bertugas, keluarga tersebut kembali ke rumahnya, dan anak perempuan tersebut dilaporkan tewas pada Senin pagi di kediamannya.
Uma mengatakan kepada Indiana Express, bahwa semua orang telah mengkonsumsi makanan dari restoran tersebut antara jam 15.00 hingga jam 21.00 waktu setempat pada Sabtu (16/9/2023).
“Para mahasiswa tersebut dirawat di rumah sakit dan saat melihat kejadian tersebut, kami menerima informasi kematian gadis tersebut hari ini (Senin). Kami menindaklanjutinya dan pihak berwenang meminta orang lain di rumah yang pernah mengonsumsi makanan di toko yang sama dan menderita untuk segera mendapatkan perawatan di rumah sakit pemerintah,” katanya.
Pada hari Minggu (17/9/2023), Uma bersama pejabat Otoritas Keamanan dan Standar Pangan India (FSSAI) mengunjungi restoran tersebut untuk menyegelnya. Saat pemeriksaan berlangsung, pihak berwenang menghancurkan bahan mentah seperti ayam yang diasinkan dan barang-barang lainnya.
“Kami menutup toko dan tidak ada penjualan yang terjadi sejak kemarin. Kami memeriksa tagihan mereka dan sepertinya mereka baru saja membeli barang seperti ayam. Kami juga pergi ke toko ayam tempat mereka membeli ayam. Kami memeriksa kotak freezer dan area lainnya, dan tidak ada barang seperti daging basi. Namun sesuai prosedur, kami sudah mengirimkan sampel dari toko ke pusat analisis di Salem dan menunggu hasilnya,” ujarnya.
Menurut laporan, 21 orang dewasa dan tiga anak-anak dirawat di Sekolah Tinggi Kedokteran dan Rumah Sakit Pemerintah Namakkal, tiga orang di Rumah Sakit Khusus Maharaja, empat orang dewasa dan dua anak-anak di RS Thangam, dan satu orang di Rumah Sakit Kannagi.
Seorang pelajar yang juga makan di Rumah Makan Namakkal dan pergi ke Tiruchirapalli, saat ini dirawat di rumah sakit dekat daerah tersebut dengan keluhan disentri. Selain itu, enam orang dirawat di RS Khusus C M dan dua orang dirawat di RS Bharathi.
Kolektor juga mengatakan ia sudah mengadakan pertemuan dengan perwakilan semua rumah sakit swasta dan meminta mereka terus mengabari pihak berwenang apabila menemukan kasus yang sama dan tidak memulangkan pasien tanpa perawatan yang tepat.
Ia juga mengatakan apabila terdapat pasien yang tidak mampu membayar biaya pengobatan, mereka harus diserahkan ke rumah sakit pemerintah untuk perawatan lebih lanjut.
Dr. K Shanta Arulmozhi, Dekan, Sekolah Tinggi dan Rumah Sakit Kedokteran Namakkal, berbicara kepada wartawan bahwa tidak semua orang yang dirawat di rumah sakit akibat dari memakan shawarma, melainkan beberapa dari mereka pernah mengkonsumsi ikan dan jamur dari restoran yang sama.
Sementara itu, pemerintah melarang sementara penjualan shawarma dan ayam bakar.
Saat ini FSSAI ditugaskan untuk memeriksa restoran dan menulis laporan di seluruh distrik atas pemeriksaan kualitas bahan makanan.
Kolektor mengatakan bahwa tim khusus kesehatan telah dikerahkan untuk melakukan penyelidikan kepada rumah sakit swasta tersebut, karena tidak menerima anak perempuan itu melainkan memulangkannya.. Apabila rumah sakit itu terbukti bersalah, pihak berwenang akan menindaklanjuti kasus ini.
(Susi Susanti)