KEBO IJO memulai pergerakannya menyerang pusat pemerintahan akuwu Tumapel di bawah kekuasaan Tunggul Ametung. Sang akuwu yang sedang mabuk berat dimanfaatkan betul oleh Kebo Ijo untuk mencari harta benda emas pasca tewasnya Mpu Gandring sang pembuat keris sakti di tangan Ken Arok.
Kebo Ijo memimpin pasukan sendirian. Ia sesungguhnya agak segan bergerak sendirian memimpin kaum tamtama untuk memberontak Tumapel pasca matinya Gandring. Namun, ia juga merasa lega, sebab dengan matinya Gandring, dirinya kini bisa leluasa untuk mengontrol barisan tamtama.
Ia pun tidak dibayang-bayangi persaingan untuk memperebutkan tahta Tumapel dengan Gandring. Hal yang menjadi target utama Kebo Ijo adalah mengumpulkan emas sebanyak - banyaknya. Jika emas yang dikumpulkan benar-benar telah menumpuk, sehingga tak ada lagi yang menyamainya dalam pengumpulan barang berharga itu, maka para tamtama akan semakin solid mendukung dirinya.
Kebo Ijo tahu bahwa pusat pengumpulan emas, selain di rumah Gandring juga ada di rumah Balakangka, Pakuwuan dan Arok. Sebagaimana dikutip dari "Hitam Putih Ken Arok : Dari Kejayaan Hingga Keruntuhan" dikisahkan saat itu Kebo Ijo langsung mengajak sejumlah pasukannya untuk menggeruduk rumah Mpu Gandring dan Balakangka.
Namun, ketika ia sampai di rumah Gandring, tidak dijumpai sebatang pun emas yang dicarinya. Melihat rumah Gandring kosong, Kebo Ijo bersama pasukannya langsung bertolak ke istana Balakangka. Tetapi lagi-lagi di istana pendeta itu ia juga tidak menjumpai kepingan emas yang dicarinya.
Dirinya hanya menemukan sejumlah selir. Tetapi sebagai gantinya, ja melucuti perhiasan para selir di istana Balakangka tersebut. Kebo Ijo kemudian menunggu malam. Saat malam tiba, ia akan menggempur Pakuwuan bersama pasukannya. Saat itulah, selain emas, ia juga bisa mendapatkan Ken Dedes, setelah dirinya nanti berhasil menghabisi Tunggul Ametung.