Subardi langsung bertemu dengan agen polisi Sukitman yang mengaku tahu soal tempat para jenderal dihabisi, di Lubang Buaya. Dengan usulan Sarwo Edhie, Subardi membawa Agen Polisi II Sukitman ke Cijantung untuk menjadi pemandu guna mencari jenazah para jenderal.
Dalam pencarian itu Subardi mendapat dukungan satu kompi RPKAD saat menuju Lubang Buaya. Mereka sempat bersua dengan Pasukan Gerak Tjepat TNI AU yang tengah mengemasi sejumlah tenda.
Kemudian, mereka minta diberi waktu untuk membereskan tenda untuk kemudian baru mempersilakan rombongan Subardi masuk Lubang Buaya. Tak lama setelah berada di lokasi, Subardi didatangi petinggi pasukan Tjakrabirawa, Kolonel Slamet dan beberapa dokter dari AURI. Namun, kedatangan mereka seolah dicuekin hingga akhirnya memilih undur diri.
Setelah lama mencari, Subardi dengan dipandu Sukitman pada saat magrib dan suasana turun hujan akhirnya menemukan sumur yang dijadikan tempat pembuangan jenazah para jenderal. Penggalian dibantu empat warga sekitar dan kemudian para anggota KKO, sekarang Marinir TNI AL.
Sekira pukul 02.00 WIB dini hari 4 Oktober, Subardi melapor pada Soeharto. Kemudian, Subardi diminta tak mengangkat jenazah itu sampai Soeharto tiba di lokasi. Hingga Soeharto akhirnya tiba pukul 14.00 WIB.
Keluarga Jenderal Ahmad Yani yang ada di pengungsian Cipete juga sudah dikabari Subardi mengenai penemuan jenazah sang jenderal.
“Om Bardi datang dengan keadaan penuh lumpur. Matanya merah. Dia bilang bapak sudah ditemukan. Dia masuk ke kamar ibu. Di situ Om Bardi mengabarkan sembari menangis,” ujar Amelia.
(Qur'anul Hidayat)