Di lokasi ini, nantinya menjadi cikal bakal Kampung Jati Kramat ini, dan dia memutuskan untuk menetap menyebarkan agama Islam di situ. Saat tiba di hutan itu, Mbah Kandong langsung menemui segelintir penduduk. Dengan menggunakan Handong (Delman), Mbah Kandong lalu menemui mereka dan akan menetap di tempat itu.
Karena kedatanganya menggunakan delman itu, akhirnya warga setempat memanggilnya dengan Handong atau Mbah Kandong. Warga yang awalnya menganut aliran kepercayaan atau aninisme akhirnya memeluk agama Islam dan menjadi murid-murid dari Mbah Kandong.
Mbah Kandong terkenal sakti. Suatu hari, Belanda mengerahkan pasukan daratnya untuk menumpas pasukan yang dilatih Mbah Kandong, hanya saja mereka tak pernah bisa menemukan keberadaan para pejuang.
Konon katanya saat Belanda ingin menghancurkan tempat persembunyian di tengah hutan, Belanda tak pernah bisa menemukan tempat persembunyian dari Mbah Kandong dan hanya menemukan hutan belantara.
Hal itu terjadi lantaran Mbah Kandong mengeluarkan kesaktiannya dengan mengambil segenggam debu, lalu dilemparkan disebar ke atas pepohonan yang rindang. Hasilnya, pasukan bersenjata lengkap yang akan menyergap mereka kehilangan pandangan dan malah tersesat.
Cerita ini yang kemudian diamini oleh warga hingga mengkeramatkan Makan Mbah Kandong. Tak ayal kini banyak peziarah yang berkunjung ke sana untuk mendapatkan karomah.
(Nanda Aria)