Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Dendam Kesumat Belanda ke Untung Surapati, Seluruh Keturunannya Ditumpas Habis

Qur'anul Hidayat , Jurnalis-Minggu, 05 November 2023 |05:08 WIB
Dendam Kesumat Belanda ke Untung Surapati, Seluruh Keturunannya Ditumpas Habis
Untung Surapati. (Foto: Dok Ist)
A
A
A

UNTUNG Surapati dan seluruh keturunannya menjadi momok yang dibenci Kompeni. Babad Tanah Jawi menyebut, Surapati yang berdarah Bali lahir tahun 1660. Ada fase dalam hidup Surapati menjadi budak (pembantu) seorang Belanda di Batavia. Lantaran sejak ada Surapati sang majikan merasa kerap beruntung, kehadiran Surapati disukai.

Surapati yang dianggap memiliki kesaktian mendapat panggilan Untung. Namun masa kondusif tersebut tidak berlangsung lama. Dari yang semula disayangi, status Surapati berubah menjadi tawanan. Ia dijebloskan penjara karena ketahuan menjalin hubungan intim dengan putri sang majikan.

Dengan membawa serta tahanan lain, Surapati berhasil menerobos tembok penjara. Sejak itu Belanda melihatnya sebagai laskar pengacau di wilayah Priangan, Jawa Barat. Ruys, seorang Kapten Kompeni dikirim untuk melakukan pendekatan. Kapten Ruys berhasil membujuk Surapati bergabung dengan Kompeni.

 BACA JUGA:

Namun tak lama berdinas, Surapati kembali membuat ulah. Perselisihannya dengan Pembantu Letnan (vaandrig) Williem Kuffler telah menewaskan 20 orang Belanda. Sejak itu ia kembali menjadi laskar pengacau yang terus menerus bermusuhan dengan Belanda. Karena terdesak, bersama pasukannya Surapati memutuskan bergeser ke arah timur.

Sejawaran Belanda Hermanus Johannes de Graaf dalam buku "Terbunuhnya Kapten Tack, Kemelut di Kartasura Abad XVII" mengatakan : Surapati bukanlah satu-satunya komandan laskar petualang di daerah perbatasan. Tetapi ia dianggap jagonya yang paling unggul.

Sejak berselisih dengan Willem Kuffeler, serta dianggap bertanggung jawab atas kematian Kapten Francois Tack di Kartasura, Belanda terus menaruh dendam kesumat kepada Surapati. Dalam kemelut suksesi raja Jawa (1704), dendam itu makin menyala. Surapati berdiri di pihak Amangkurat III yang saat itu berperang melawan Pakubowono I yang dibekingi Belanda.

Tahun 1686, Surapati mendirikan kraton di Pasuruan, Jawa Timur. Kraton yang tidak tunduk pada kekuasaan siapapun. Termasuk kolonial Belanda. Sebelum menutup mata, Surapati melakukan pertempuran di Bangil (Sekarang masuk wilayah Kota Pasuruan). Surapati meninggal tahun 1705 dengan luka serius akibat pertempuran pamungkasnya. Namun api pemberontakan tidak padam.

BACA JUGA:

Taktik Cuci Tangan Mataram Singkirkan Untung Surapati Usai Bunuh Komandan Pasukan VOC 

Estafet perlawanan dilanjutkan keturunan dan para pengikutnya. Seperti kakeknya, di depan Belanda, Bupati Lumajang Kartanagara yang merupakan cucu Surapati muncul sebagai pemberontak.

Bersama saudaranya Bupati Malang Malayakusuma, Kartanagara memilih bersekutu dengan Singasari atau Prabujaka, anak Amangkurat IV (1719-1726) yang menolak pembagian kerajaan Jawa. Usulan membelah kerajaan yang pada tahun 1755-1757 berhasil dilaksanakan (Perjanjian Giyanti), datangnya dari Belanda.

Pangeran Singasari memilih keluar istana dan memberontak. Mangkubumi dan Raden Mas Sahid (Mangkunegara), dua saudaranya yang didukung Belanda, ia lawan. Diajaknya serta putranya yang bernama Raden Mas ke Malang untuk berkoalisi dengan Bupati Malang Malayakusuma.

Kolaborasi antara Pangeran Mataram Singasari dengan keturunan Surapati membuat Belanda ketar ketir. Tidak hanya berhadapan dengan pasukan Pangeran Mataram Singasari. Ekspedisi militer Belanda juga akan menghadapi kekuatan trah Surapati yang berkuasa di wilayah Lumajang, Malang, Antang (Ngantang) dan Porong.

"Kolaborasi antara Singasari dan Malayakusuma di Malang sebenarnya adalah kebangkitan kembali aliansi lama antara kedua keluarga yang telah dijalin sejak enam puluh tahun sebelumnya," kata Sri Margana dalam buku "Ujung Timur Jawa, 1763- 1813 Perebutan Hegemoni Blambangan".

Singkat cerita, operasi militer langsung diarahkan ke Kabupaten Malang yang dianggap sebagai tempat berkumpulnya para pemberontak. Belanda membuat sayembara. Siapapun yang mampu menangkap Pangeran Singasari dan putranya hidup atau mati dihadiahi 1.000 dollar Spanyol.

Sedangkan kepala Bupati Malang Malayakusuma dan keluarganya dibandrol 500 dollar Spanyol. Perang meletus. Malayakusuma mengerahkan 800 pasukan kavaleri yang dipimpin Tirtanagara, saudara termudanya. Mereka menjaga perbatasan Malang dan Lumajang.

Dalam serangan gerilya di kawasan gunung Mandaraka, ratusan orang orang Madura dan Surabaya dari pihak Kompeni mati terbunuh. Catatan VOC 3215 menyebut Tirtanagara juga terluka. Pundaknya tertembak dan salah seorang anaknya tewas. Namun ia berhasil menyelamatkan diri dengan berkuda.

Belanda yang sempat mundur kembali memperkuat pasukan dengan meminta kiriman 600 prajurit Madura dari Panembahan Madura. Kekuatan semakin tidak seimbang di pihak keturunan Surapati. Paska pertempuran di gunung Mandaraka, Bupati Malang Malayakusuma beserta seluruh keluarganya meninggalkan Malang.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement