BELANDA menyimpan dendam kesumat terhadap Untung Surapati dan seluruh keturunannya. Tanpa ampun, strategi tumpes kelor alias dilakukan terhadap semua orang yang punya garis darah dengan Untung Surapati.
Seluruh keturunan Untung Surapati dan keluarganya dianggap subversif. Mereka ditangkap kemudian dijatuhi hukuman mati. Mereka yang selamat dalam pemberontakan Malang dan Lumajang bersembunyi di wilayah Sultan Mataram.
Namun dua tahun kemudian atas perintah otoritas Belanda di Semarang, Sultan melakukan operasi penangkapan mereka yang teridentifikasi sebagai keturunan Surapati. Tertangkap 21 orang yang dianggap sebagai kelompok terakhir keluarga Surapati.
Belanda menerapkan gagasan tumpes kelor. Yakni menumpas seluruhnya, baik akar maupun batang. Operasi perburuan keturunan Surapati dilakukan hingga ke ujung Timur Jawa.
BACA JUGA:
"Ekspedisi militer Belanda ke Ujung Timur Jawa bertujuan melenyapkan para keturunan Surapati, dan melenyapkan mereka dari politik Jawa secara permanen," tulis Ann Kumar dalam Surapati Man and Legend, A Study of Three Babad Traditions.
Awal Mula Dendam Kesumat
Babad Tanah Jawi menyebut, Surapati yang berdarah Bali lahir tahun 1660. Ada fase dalam hidup Surapati menjadi budak (pembantu) seorang Belanda di Batavia. Lantaran sejak ada Surapati sang majikan merasa kerap beruntung, kehadiran Surapati disukai.
Surapati yang dianggap memiliki kesaktian mendapat panggilan Untung. Namun masa kondusif tersebut tidak berlangsung lama. Dari yang semula disayangi, status Surapati berubah menjadi tawanan. Ia dijebloskan penjara karena ketahuan menjalin hubungan intim dengan putri sang majikan.
Dengan membawa serta tahanan lain, Surapati berhasil menerobos tembok penjara. Sejak itu Belanda melihatnya sebagai laskar pengacau di wilayah Priangan, Jawa Barat. Ruys, seorang Kapten Kompeni dikirim untuk melakukan pendekatan. Kapten Ruys berhasil membujuk Surapati bergabung dengan Kompeni.