Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Teguh Hati Alex Kawilarang Disiksa Jepang, Dijejali 20 Ember Air hingga Ditusuk-tusuk Garpu

Qur'anul Hidayat , Jurnalis-Rabu, 08 November 2023 |06:04 WIB
Teguh Hati Alex Kawilarang Disiksa Jepang, Dijejali 20 Ember Air hingga Ditusuk-tusuk Garpu
Alex Kawilarang. (Foto: Dok Ist)
A
A
A

JAKARTA - Kolonel Inf. Alexander Evert Kawilarang meniti karier kemiliteran di dua tempat selepas pendidikan dasar dan menengah. Yakni, pendidikan CORO (Corps Opleiding Reserve Officieren) atau Korps Pendidikan Perwira Cadangan, serta KMA (Koninklijke Militaire Academie) alias Akademi Militer Kerajaan Belanda di Jatinegara.

Sejarah hidup Kawilarang yang juga pendiri Kesko TT yang kemudian menjadi Komando Pasukan Khusus (Kopassus) penuh derita, dia disiksa secara sadis oleh tentara Jepang.

Awalnya Kawilarang harus ikut mobilisasi menghadapi invasi Jepang pada 1942 tidak lama menempuh pendidikan di KMA. Saat Belanda menyerah di Kalijati, semua prajurit KNIL dijebloskan ke tahanan, termasuk Kawilarang.

Kemudian, Kawilarang dimasukkan ke kamp interniran Depot Bandung (kini Gedung Rindam III Siliwangi di Jalan Manado). Sehari sebelum para tahanan akan digunduli Jepang, Kawilarang merencanakan kabur dari penjara.

Kawilarang bergegas kabur karena jika digunduli, akan lebih sulit kabur karena akan lebih mudah diketahui meski sudah berada di luar kamp interniran.

Hujan deras mengiringi pelarian Kawilarang dari penjara bersama enam rekannya pada 20 April 1942 malam. Mereka harus melewati selokan yang bau airnya bisa bikin muntah.

Kawilarang lebih dulu pulang ke rumahnya menemui ayah dan ibunya, Nelly Betsy Mogot sebelum memutuskan keluar Pulau Jawa. Sang ibu bukannya senang malah kaget bukan kepalang ketika mendapati putra bungsunya di ambang pintu dengan keadaan compang-camping.

“Apa-apaan ini?,” cetus Nelly Mogot yang kaget melihat putranya, sebagaimana dikutip dari buku ‘Kolonel AE Kawilarang: Panglima Pejuang & Perintis Kopassus’ karya Hikmat Israr terbitan 2010.

Usai Kawilarang bersih-bersih dan berganti pakaian, sang ibu yang cemas akan nyawa anaknya justru menyuruhnya kembali ke kamp tahanan Jepang.

“Kamu bisa ditembak mati kalau tertangkap lagi. Ayo, kembali saja ke sana,” kata sang ibu.

Sementara sang ayah yang sudah lebih paham maksud putranya untuk kabur dari Bandung. Ia meminta putranya untuk tetap kabur. Usai mendengarkan rencana Kawilarang untuk lebih dulu ke Lengkong menemui seorang famili dan kemudian ke Jakarta, sang ayah menyetujui.

“Selamat, selamat! Kalau ada jalan, beri tahu kami, di mana kamu berada. Selamat!,” kata sang ayah yang kemudian memeluk Kawilarang sebelum putranya pergi lagi.

“Selamat tinggal Mam, Ayah. Doakan Alex!,” cetus Kawilarang yang kala itu tidak tahu bahwa kalimat tersebut jadi kata-kata terakhirnya untuk sang ayah yang meninggal beberapa waktu kemudian.

Selama dalam pelarian, Kawilarang sempat jadi buruh perkebunan di Serpong pada Medio Februari 1943. Kemudian, pindah lagi ke Plaju, Sumatera Selatan untuk bekerja di pabrik minyak.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement