ISLANDIA – Para ilmuwan mengatakan aktivitas seismik telah mereda di barat daya Islandia, namun letusan gunung berapi masih diperkirakan terjadi.
Meskipun lebih dari 500 gempa bumi telah melanda Semenanjung Reykjanes sejak tengah malam, gempa tersebut lebih lemah dibandingkan dua hari terakhir.
Namun para ahli menekankan sungai magma sepanjang 15 km (9 mil) yang mengalir di bawah semenanjung masih aktif, mengancam kota Grindavik yang kini sudah dievakuasi.
Sebagian besar gempa terjadi di bawahnya dan ratusan orang mengungsi.
Retakan muncul di jalan-jalan kota karena gempa kecil yang menyebabkan lanskap bergeser dan menetap.
Para pejabat mengatakan pada Senin (13/11/2023) sore bahwa Grindavik akan tetap dievakuasi semalaman, karena situasinya terus dipantau menit demi menit.
Beberapa penduduk diizinkan mengumpulkan barang-barang di bawah pengawasan.
Penduduk setempat mengatakan mereka sangat kecewa karena biasanya letusan terjadi di daerah yang tidak berpenghuni.
"Ini salah satu evakuasi terbesar yang pernah kami lakukan. Ini insiden besar. Dampaknya besar terhadap seluruh warga Islandia," kata Aslaug Yngvadottir Tulinius dari Palang Merah Islandia kepada BBC.
Ahli vulkanologi mengatakan pembaruan terkini dapat mengindikasikan letusan yang lebih kecil dari yang diperkirakan sebelumnya. Namun, hal ini mungkin masih menempatkan Grindavik dalam bahaya karena kemungkinan aliran lava.
Pihak berwenang menekankan bahwa situasinya sangat tidak pasti.
Grindavik hanya berjarak 15 km di selatan Bandara Internasional Keflavik, namun penerbangan masih datang dan berangkat seperti biasa.
Awan abu dari letusan gunung berapi di Islandia pada 2010 menyebabkan pembatalan puluhan ribu penerbangan, namun para ahli yakin gangguan tersebut tidak akan terulang kembali.
Seorang pria yang terpaksa meninggalkan Grindavik mengatakan dia khawatir dia tidak akan pernah melihat rumahnya lagi.
Gisli Gunnarsson, 29, seorang komposer musik yang lahir dan besar di kota tersebut, mengatakan kepada kantor berita PA bahwa situasinya “suram”.
Pacarnya Caitlin McLean, dari Skotlandia, yang sedang mengunjunginya pada saat itu, mengabadikan momen pada Jumat (10/11/2023) ketika perabotan dan lampu bergetar hebat di rumah Gunnarsson.
"Sekitar pukul empat pada hari Jumat, [gempa bumi] mulai terjadi tanpa henti. Gempa besar terus terjadi selama berjam-jam," kata Gunnarsson.
"Pertama dan terpenting, pemikiran bahwa Anda mungkin tidak akan pernah melihat kota asal Anda lagi, itu sulit,” lanjutnya.
“Kami semua bergegas keluar dari [Grindavik] dengan sangat cepat, hanya dalam hitungan jam, jadi kami tidak benar-benar berpikir pada saat itu bahwa mungkin ini adalah kali terakhir kami melihat rumah kami, jadi itu sulit,” ujarnya.
Ribuan guncangan telah tercatat di sekitar gunung berapi Fagradalsfjall di dekatnya dalam beberapa pekan terakhir.
Mereka terkonsentrasi di Semenanjung Reykjanes, yang tidak aktif akibat aktivitas gunung berapi selama 800 tahun sebelum letusan pada 2021.
Islandia telah mengumumkan keadaan darurat, sementara Kantor Meteorologi Islandia mengatakan ada risiko besar terjadinya letusan.
Thor Thordason, profesor vulkanologi di Universitas Islandia, mengatakan kepada BBC bahwa magma sekarang berada kurang dari 800m di bawah permukaan dan letusan akan segera terjadi.
“Sayangnya, sisi letusan yang paling mungkin terjadi tampaknya berada di dalam batas kota Grindavik,” tambahnya.
(Susi Susanti)