Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Alasan Hitler Membenci Yahudi

Salsabila Fitirah Puteri , Jurnalis-Selasa, 14 November 2023 |13:33 WIB
Alasan Hitler Membenci Yahudi
Alasan Adolf Hitler membenci Yahudi (Foto: Reuters)
A
A
A

BERLIN - Adolf Hitler merupakan seorang politikus Jerman yang lahir di Austria. Ia menjadi diktator Jerman dari tahun 1933 hingga mengakhiri hidupnya pada tahun 1945.

Hitler mencapai puncak kekuasaan sebagai pemimpin Partai Nazi, menjabat sebagai kanselir pada tahun 1933, dan kemudian mengambil gelar Führer und Reichskanzler pada tahun 1934.

Ia terlibat aktif dalam operasi militer sepanjang perang dan memiliki peran penting dalam peristiwa Holocaust, yang menyebabkan genosida terhadap sekitar enam juta orang Yahudi dan jutaan korban lainnya.

Hitler memiliki kebencian yang ekstrim terhadap orang Yahudi, yang menyebabkan terjadinya peristiwa Holocaust. Sejarawan masih berdebat mengenai alasan di balik kebencian Hitler terhadap orang Yahudi, karena ada banyak faktor yang mungkin berperan.

Holocaust adalah tindakan penganiayaan dan pembantaian terorganisir yang dilakukan oleh rezim Nazi Jerman, sekutu mereka, dan para pendukungnya terhadap enam juta orang Yahudi Eropa.

Menurut United States Holocaust Memorial Museum, periode Holocaust berlangsung dari tahun 1933 hingga 1945. Dimulai pada Januari 1933 ketika Hitler dan Partai Nazi berkuasa di Jerman.

kejadian Holocaust berakhir pada Mei 1945 setelah Sekutu mengalahkan Jerman Nazi dalam Perang Dunia II. Terkadang, Holocaust juga dikenal sebagai "Shoah," sebuah kata Ibrani yang berarti "malapetaka."

Melihat perlakuan buruk terhadap orang-orang Yahudi selama Holocaust, kebencian Hitler terhadap mereka dengan sangat ekstrim, dan cukup banyak orang Jerman yang mendukung gagasan Hitler, apakah alasan dibalik semua ini?

Dilansir dari berbagai sumber, Hitler bersama Partai Nazi, menargetkan orang Yahudi karena mereka memiliki pandangan Antisemitisme yang sangat kuat. Pandangan ini mencakup prasangka buruk dan kebencian terhadap orang Yahudi, yang merupakan prinsip dasar dari ideologi Nazi dan menjadi fondasi pandangan dunia mereka.

Antisemitisme adalah dasar dari Holocaust. Ini merujuk pada kebencian atau prasangka terhadap orang Yahudi dan merupakan elemen sentral dalam ideologi Nazi. Selain itu, prasangka ini menyebar luas di seluruh Eropa.

Secara tidak akurat, Nazi menyalahkan orang Yahudi sebagai akar masalah dalam berbagai aspek kehidupan sosial, ekonomi, politik, dan budaya di Jerman.

Mereka secara khusus menuduh orang Yahudi sebagai penyebab kekalahan Jerman dalam Perang Dunia I (1914–1918). Beberapa orang Jerman menerima tudingan ini.

Kekecewaan atas kekalahan perang, bersama dengan krisis ekonomi dan politik pasca perang, berperan dalam meningkatnya tingkat antisemitisme dalam masyarakat Jerman.

Ketidakstabilan yang terjadi di bawah pemerintahan Republik Weimar (1918–1933), kekhawatiran terhadap ancaman komunisme, dan dampak ekonomi dari Depresi Besar membuka pintu bagi penyebaran ideologi Nazi, termasuk pandangan antisemitisme.

Walau begitu, antisemitisme bukanlah ciptaan Nazi semata. Antisemitisme merupakan prasangka kuno yang telah ada dalam berbagai bentuk sepanjang sejarah.

Di Eropa, akarnya dapat ditelusuri hingga zaman kuno. Pada Abad Pertengahan (500-1400), prasangka terhadap orang Yahudi terutama bersumber dari keyakinan dan pemikiran awal Kristen, terutama mitos bahwa orang Yahudi bertanggung jawab atas kematian Yesus.

Kecurigaan dan diskriminasi yang berakar pada prasangka agama berlanjut di Eropa pada zaman modern awal (1400–1800). Pada periode tersebut, pemimpin di banyak wilayah Eropa Kristen mengisolasi orang Yahudi dari berbagai aspek kehidupan ekonomi, sosial, dan politik.

Pengucilan ini turut menciptakan stereotip bahwa orang Yahudi adalah kelompok yang terasing. Meskipun Eropa semakin sekuler, sebagian besar pembatasan hukum terhadap orang Yahudi dicabut.

Namun, itu tidak berarti akhir dari antisemitisme. Di samping antisemitisme agama, bentuk-bentuk lainnya muncul di Eropa pada abad ke-18 dan ke-19, termasuk antisemitisme ekonomi, nasionalis, dan rasial.

Pada abad ke-19, para pendukung antisemitisme keliru menuduh bahwa orang Yahudi bertanggung jawab atas berbagai masalah sosial dan politik dalam masyarakat industri modern.

Teori ras, eugenika, dan Darwinisme Sosial secara keliru membenarkan kebencian ini. Prasangka Nazi terhadap orang Yahudi mengeksploitasi semua unsur ini, terutama antisemitisme rasial, yang menganggap kaum Yahudi sebagai ras yang terpisah dan rendah.

Nazi memandang orang Jerman sebagai bagian dari ras "Arya" yang superior. Mereka meyakini bahwa ras "Arya" terlibat dalam perjuangan untuk bertahan hidup melawan ras lain yang dianggap lebih rendah.

Lebih lanjut, Nazi meyakini bahwa "ras Yahudi" merupakan ras yang paling rendah dan berbahaya. Menurut pandangan Nazi, orang-orang Yahudi dianggap sebagai ancaman yang harus dieliminasi dari masyarakat Jerman.

Nazi bersikeras bahwa jika tidak dihapus, "ras Yahudi" akan secara permanen merusak dan menghancurkan populasi Jerman.

Walaupun Holocaust telah berakhir, pembantaian ini masih menyisakan traumatis mendalam bagi kaum Yahudi. Di mana mereka masih merasa kehilangan terhadap anggota keluarganya, saudara, maupun teman dekat.

Masyarakat global juga berusaha menghadapi kenyataan mengerikan genosida ini, mengenang korban, dan menuntut pertanggungjawaban bagi para pelaku kejahatan tersebut. Upaya-upaya penting ini terus berlanjut dan terjadi hingga saat ini.

(Susi Susanti)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement