Politisi veteran berusia 57 tahun ini menjadi pemimpin Partai Konservatif pada 2005 dan perdana menteri pada 2010. Ia membangun kampanye pemilihannya berdasarkan janji untuk mengadakan apa yang disebut referendum 'Brexit'. Saat menjabat, ia berperan penting dalam memupuk dukungan terhadap pemberontakan yang didukung militan Islam di Libya yang mengakibatkan pembunuhan brutal terhadap Muammar Gaddafi dan kehancuran negara tersebut.
Pada 2016, ia mengundurkan diri sebagai perdana menteri dan pemimpin Partai Konservatif setelah pendukung Brexit memenangkan suara Brexit dengan selisih 3%. Meskipun Cameron telah keluar dari politik garis depan selama bertahun-tahun, pada tahun 2018, The Sun melaporkan bahwa ia dapat kembali menjadi sorotan publik, terutama sebagai menteri luar negeri.
(Rahman Asmardika)