 
                Kedua negara adidaya tersebut juga sepakat untuk bersama-sama mengkaji kecerdasan buatan (AI), dan melakukan perbincangan panjang lebar mengenai Taiwan yang menurut salah satu pejabat AS, menurut Xi merupakan masalah terbesar dan paling berbahaya dalam hubungan AS-Tiongkok.
Setelah perundingan tersebut, Tiongkok mengatakan pemulihan komunikasi antara militer kedua negara dilakukan atas dasar kesetaraan dan rasa hormat.
“Planet Bumi cukup besar bagi kedua negara untuk mencapai kesuksesan, dan kesuksesan satu negara merupakan peluang bagi negara lain,” kata Xi dalam pidato pembukaannya. Konfrontasi mempunyai konsekuensi yang tidak tertahankan bagi kedua belah pihak.
Meskipun pertemuan di sela-sela KTT Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) sangat dinantikan, para pejabat di kedua belah pihak mengecilkan harapan akan adanya terobosan besar.
“Tujuannya di sini adalah untuk mengelola persaingan, mencegah dampak buruk dari risiko konflik, dan memastikan saluran komunikasi terbuka,” kata seorang pejabat senior pemerintah AS.
Hubungan keduanya memburuk pada bulan Februari ketika sebuah balon mata-mata Tiongkok ditembak jatuh di atas wilayah udara AS.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengunjungi Beijing pada bulan Juni, menjadikannya pejabat tertinggi Washington yang mengunjungi ibu kota Tiongkok dalam hampir setengah dekade. Dia bertemu Presiden Xi dan Menteri Luar Negeri Qin Gang.
Di akhir perjalanannya, Blinken mengatakan meskipun masih ada masalah besar antara kedua negara, namun ia berharap kedua negara akan memiliki komunikasi yang lebih baik dan hubungan yang lebih baik di masa depan.
(Susi Susanti)