Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Video Tunjukkan Puluhan Mayat Berlumuran Darah Usai Dugaan Serangan Israel di Sekolah yang Dikelola PBB

Susi Susanti , Jurnalis-Senin, 20 November 2023 |07:33 WIB
Video Tunjukkan Puluhan Mayat Berlumuran Darah Usai Dugaan Serangan Israel di Sekolah yang Dikelola PBB
Video tunjukkan puluhan mayat berlumuran darah usai dugaan serangan Israel di sekolah yang dikelola PBB (Foto: Al Jazeera)
A
A
A

GAZA – Sebuah sekolah yang dikelola oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di bagian utara Gaza terkena dampak yang tampaknya sangat menghancurkan akibat serangan yang diduga dilakukan Israel pada Sabtu (18/11/2023).

Seorang pejabat tinggi PBB menggambarkan insiden itu sebagai hal yang mengerikan.

Video dari Sekolah al-Fakhoura di Jabalya – yang digunakan sebagai tempat penampungan bagi para pengungsi – menunjukkan mayat-mayat berlumuran darah di serangkaian ruangan di dua lantai gedung berlantai dua tersebut. Banyak perempuan dan anak-anak termasuk di antara korban tewas.

Satu ruangan terlihat berisi sekitar selusin mayat tergeletak di lantai tertutup debu. Meja-meja berserakan dan hancur dan sebuah lubang besar terlihat di salah satu dinding ruangan. Di halaman bangunan, atap kanopi yang melintang di atas struktur logam tampaknya telah robek, dan puing-puing terlihat di tanah.

Juliette Touma, juru bicara Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB, yang mengelola sekolah-sekolah di kamp pengungsi Palestina dan berfungsi sebagai badan bantuan utama PBB di Gaza, membenarkan insiden tersebut.

Dia mengatakan jumlah total korban masih belum jelas karena informasi masih masuk.

Touma belum bisa memastikan penyebab kejadian tersebut, maupun siapa yang bertanggung jawab.

Ketua UNRWA Philippe Lazzarini, yang menyebut gambar-gambar itu “mengerikan” dalam sebuah postingan di X (sebelumnya Twitter), mengatakan ribuan pengungsi telah berlindung di sana pada saat kejadian.

Sementara itu,militer Israel mengatakan kepada CNN sedang meninjau insiden tersebut, namun tidak memberikan komentar lebih lanjut.

Mesir dan Qatar telah menyalahkan kampanye militer Israel di daerah kantong yang terpukul atas insiden tersebut. Kementerian Luar Negeri Mesir menyebutnya sebagai “pemboman” dan mengatakan bahwa ini adalah yang terbaru dari serangkaian pelanggaran Israel terhadap warga sipil di Gaza.

Qatar meminta penyelidik independen dari PBB untuk pergi ke Gaza untuk memeriksa apa yang digambarkannya sebagai “penargetan berkelanjutan terhadap sekolah dan rumah sakit.”

Insiden yang terjadi pada Sabtu (18/11/2023) ini adalah yang kedua kalinya dalam dua puluh empat jam sebuah sekolah UNRWA di Gaza utara diserang.

Sekolah lain di Zaitoun menampung 4.000 orang ketika terjadi serangan beberapa kali pada Jumat (17/11/2023).

Dia menambahkan bahwa ambulans dilaporkan tidak dapat mencapai sekolah, yang menurutnya kemungkinan besar disebabkan oleh pertempuran dan pemadaman komunikasi.

Menurut Lazzarini, lusinan orang mungkin terbunuh dalam insiden itu.

“Serangan-serangan ini tidak bisa menjadi hal yang biasa, mereka harus dihentikan. Gencatan senjata kemanusiaan tidak bisa menunggu lebih lama lagi,” tambahnya.

Sekretaris Jenderal PBB António Guterres menegaskan kembali seruannya untuk segera melakukan gencatan senjata kemanusiaan dalam sebuah pernyataan pada Minggu (19/11/2023).

“Saya sangat terkejut bahwa dua sekolah UNRWA diserang dalam waktu kurang dari 24 jam di Gaza. Lusinan orang – banyak perempuan dan anak-anak – terbunuh dan terluka saat mereka mencari perlindungan di gedung PBB,” terangnya.

“Ratusan ribu warga sipil Palestina mencari perlindungan di fasilitas PBB di seluruh Gaza karena pertempuran yang semakin intensif. Saya menegaskan kembali bahwa tempat kami tidak dapat diganggu gugat,” lanjutnya.

Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia Volker Türk juga menyerukan gencatan senjata segera, dengan mengatakan bahwa pembunuhan warga sipil di sekolah-sekolah Gaza dan evakuasi besar-besaran dari Rumah Sakit Al-Shifa bertentangan dengan perlindungan dasar bagi warga sipil berdasarkan hukum internasional.

“Aturan hukum humaniter internasional, termasuk prinsip pembedaan, proporsionalitas, dan kehati-hatian dalam melakukan serangan, harus dipatuhi dengan ketat,” ujarnya.

“Kegagalan untuk mematuhi aturan-aturan ini dapat dianggap sebagai kejahatan perang,” tambahnya.

Türk mengatakan bahwa di Khan Younis, sebuah kota di Gaza selatan, IDF telah menyebarkan selebaran yang memberitahu warga untuk pergi ke tempat perlindungan yang tidak ditentukan. Namun, ia menekankan bahwa peringatan saja tidak cukup berdasarkan hukum internasional.

“Terlepas dari peringatan apa pun, Israel berkewajiban melindungi warga sipil di mana pun mereka berada,” katanya.

Militer Israel sebelumnya menolak tuduhan kejahatan perang, dengan mengatakan bahwa serangannya ditujukan untuk menargetkan Hamas, dan berupaya meminimalkan korban sipil.

(Susi Susanti)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement