SANAA - Houthi adalah kelompok etnis besar yang berasal dari provinsi Saada di barat laut Yaman dan menganut bentuk Syiah Zaydi. Kelompok Zaydi ini sekitar 35 persen dari total populasi Yaman. Gerakan Houthi disebut terlibat dalam konflik dengan pemerintah Yaman selama lebih dari satu dekade.
Dilansir dari Wilson Center, sejak 2011, gerakan Houthi mengalami perkembangan yang melampaui akar Zaydi menjadikan gerakannya menjadi lebih luas sehinga berani menentang pemerintahan pusat Yaman. Dalam perkembangannya, kelompok ini mulai menggunakan nama Ansarullah, yang artinya "Partai Tuhan."
Houthi memiliki senjata canggih yang diduga didukung dan dirancang Iran, dimana dalam serangannya mereka meluncurkan empat rudal berbasis darat dan 14 drone menuju utara Israel. Namun serangan itu gagal karena bertepatan dengan kedatangan kapal perusak rudal Amerika, USS Carney, yang melewati laut merah melalui Terusan Suez.
Mereka berlayar di wilayah laut utara yang berbatasan dengan Mesir, Semenanjung Sinai, Sudan, Arab Saudi, dan Yaman.Kapal perusak yang dilengkapi dengan Sistem Pertahanan Rudal Balistik Aegis, berhasil mencegat sebagian besar rudal dan drone yang diluncurkan Houthi dari Yaman.
Menurut sumber keamanan Israel, satu rudal berhasil dicegat sistem pertahanan Arab Saudi. Houthi secara resmi mengakui tanggung jawab atas serangan terhadap Israel dan terus mengancam, meskipun upaya mereka gagal. Aksi kelompok Houthi tersebut merupakan salah satu bentuk dukungan kelompok islam yang membela dan mendukung kemerdekaan Palestina.
Pusat Urusan Masyarakat Yerusalem (JCPA) Ahmed Hamed, direktur kantor kepresidenan di Sana'a, Yaman, mengumumkan melalui saluran televisi Houthi pada tanggal 25 Oktober 2023, bahwa "Palestina tidak akan sendirian dalam pertempuran melawan Israel."
Dia menyatakan bahwa dukungan Houthi terhadap Palestina adalah kewajiban agama yang tidak akan dilupakan, bahkan jika seluruh dunia melupakan hal tersebut. Tidak hanya itu, Salim Al-Ma'als, anggota biro politik organisasi Ansar Allah, menyatakan bahwa Yaman siap untuk menghadapi konfrontasi di lebih dari satu front.
Dengan aktifnya kelompok Houthi dalam membela Palestina, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) berkoordinasi dengan Komando Pusat AS dan Armada Kelima untuk mempersiapkan respons terhadap agresi yang mungkin berasal dari Yaman. Serangan Houthi terhadap Israel dianggap sebagai bagian dari kebijakan Iran untuk menyatukan front melawan Israel setelah dimulainya perang gesekan oleh Iran di semua perbatasan pada 7 Oktober.
Dikutip dari Reuters, Yahya Saree, juru bicara militer Houthi, pada Selasa (31/10/2023) menyatakan bahwa kelompok tersebut telah meluncurkan "sejumlah besar" roket, rudal balistik, dan drone ke arah Israel. Serangan ini dijanjikan akan terus berlangsung "sampai agresi Israel berhenti" dan Palestina "menang."
Meskipun demikian, tak satupun proyektil yang ditembakkan ke resor wisata laut merah di Eilat diyakini telah mencapai Israel, karena mereka entah dihancurkan sistem pertahanan atau gagal mencapai sasaran.
Pejabat keamanan di Israel menganggap ancaman dari Houthi di Yaman serius, dan mereka memperkirakan kemungkinan adanya serangan lebih lanjut terhadap Israel, terutama setelah dimulainya operasi darat oleh IDF di Jalur Gaza.
Keterlibatan Houthi dalam konflik bersama Hamas dapat menimbulkan kekhawatiran bagi Israel, terutama karena negara tersebut sudah terlibat dalam pertempuran perbatasan dengan Hizbullah di Lebanon selatan.
(Maruf El Rumi)