Pada kampanye Pemilu 1955, Aidit dan PKI berhasil meraih banyak pengikut dan dukungan karena program-program pro-rakyat yang mereka tawarkan di Indonesia. Dalam dasawarsa berikutnya, PKI menjadi kekuatan penyeimbang terhadap unsur unsur konservatif di antara partai-partai politik Islam dan militer.
Pengakhiran sistem parlementer pada tahun 1957 semakin meningkatkan peran PKI, terutama karena kekuatan ekstra-parlementer yang mereka miliki. Koneksi dekat Aidit dan pimpinan PKI dengan Presiden Sukarno menjadikan PKI sebagai organisasi massa yang sangat berpengaruh di Indonesia.
Hingga pada 1965, PKI menjadi salah satu partai politik terbesar di Indonesia dan semakin menunjukkan keberaniannya dalam bersikap terhadap kekuasaan.
Kejadian bersejarah terjadi pada 30 September 1965 dengan penculikan dan pembunuhan enam jenderal TNI AD dan seorang perwira. Peristiwa ini kemudian dikenal sebagai Peristiwa G30S.
Aidit dianggap sebagai otak di balik peristiwa tersebut dan akhirnya dihukum mati oleh militer. Terdapat beberapa versi tentang kematian DN Aidit. Versi pertama menyebutkan bahwa Aidit tertangkap di Jawa Tengah, dibawa batalyon Kostrad ke Boyolali, dan kemudian dieksekusi di dekat sebuah sumur setelah memberikan pidato yang membangkitkan emosi para tentara.
Namun, ada versi lain mengatakan bahwa ia diledakkan bersama-sama dengan tempat tahanannya. Namun, hingga saat ini, lokasi pemakaman jenazahnya tetap tidak diketahui.
(Arief Setyadi )