Menurut Manorama Mohanty, Kepala Departemen Metrologi India di Ahmedabad, tabrakan tiga sistem cuaca di Gujarat menyebabkan sambaran petir.
“Angin ini adalah angin timur yang mengalir dari Laut Arab, Gangguan Barat di Himalaya Barat, dan Sirkulasi Siklon di Gujarat Selatan,” kata Mohanty kepada BBC Gujarati.
Menteri Dalam Negeri India Amit Shah mengatakan dia "sangat sedih" dengan kematian tersebut, dan menambahkan bahwa pemerintah setempat terlibat dalam upaya bantuan.
Petani Yogesh Patel, 42, meninggal di lahan pertaniannya ketika petir menyambar pohon tempat dia berlindung di bawah hujan lebat.
Shantilal Patel, teman dekat keluarga, mengatakan kepada BBC bahwa Patel meninggalkan tiga anak dan seorang istri.
Dia sedang berada di lahan pertaniannya di bawah pohon saat disambar petir. Saat kami lihat jenazahnya, sepertinya handphone yang ada di saku kiri bajunya meledak akibat disambar petir hingga menewaskannya di tempat,” ujarnya.
Berdasarkan data resmi, di India, sambaran petir menewaskan lebih dari 100.000 orang antara tahun 1967 dan 2019. Jumlah ini mencakup lebih dari sepertiga kematian yang disebabkan oleh bencana alam selama periode ini.
Jumlah sambaran petir di negara ini juga meningkat – namun jumlah korban jiwa yang dilaporkan telah menurun dalam beberapa tahun terakhir karena pihak berwenang meningkatkan pengelolaan risiko petir, termasuk prakiraan dan sistem peringatan dini.
Menurut sebuah studi yang dilakukan oleh organisasi nirlaba Dewan Promosi Sistem Pengamatan Ketahanan Iklim (Climate Resilient Observing Systems Promotion Council), India mencatat lebih dari 18 juta sambaran petir antara April 2020 dan Maret 2021. Jumlah ini meningkat sebesar 34% dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.