JAKARTA - Sejarah dan asal usul Blok M, tempat nongkrong rancangan Belanda tahun 1980. Sebagai salah satu pusat perekonomian dan hiburan, Blok M mengalami perkembangan pesat sejak dulu hingga kini.
Akan tetapi, tidak banyak masyarakat yang mengetahui sejarah dan asal usul Blok M yang ternyata merupakan rancangan Belanda.
Berikut ini sejarah dan asal usul Blok M, tempat nongkrong rancangan Belanda tahun 1980:
Awal mulanya pembangunan Blok M melibatkan perencanaan tata kota pada tahun 1940-an yang diprakarsai oleh Belanda. Konsep ini kemudian dilanjutkan oleh Presiden Soekarno setelah kemerdekaan.
Dalam rangka menghubungkan kota satelit tersebut, dibangunlah jalan penghubung yang sekarang dikenal sebagai Jalan Sudirman-Thamrin. Kawasan Blok M dipilih sebagai sentra bisnis, perbelanjaan, dan terminal dalam kota.
Sampai pada tahun 80-an dan 90-an, Blok M menjadi tempat yang ramai dikunjungi oleh banyak orang dengan berbagai aktivitas, mulai dari wisata kuliner, berbelanja, hingga sekadar berkumpul bersama teman.
Salah satu faktor utama kepopuleran Blok M adalah adanya Mal Blok M yang dibangun pada tahun 1992. Selain itu, terdapat Terminal Blok M yang terintegrasi.
Mal ini menjadi pusat perbelanjaan yang selalu ramai oleh banyak orang, baik pedagang maupun pembeli. Banyaknya mal yang berdekatan seperti Pasaraya, Melawai, dan Pasar Mayestik turut meramaikan wilayah tersebut.
Para remaja yang masih duduk di bangku SMA sering datang ke sini untuk bersantai, berbelanja, mencari hiburan, atau bahkan mencari cinta.
Popularitas Blok M pada masa itu begitu tinggi sehingga diangkat menjadi subjek film berjudul "Blok M" yang dibintangi oleh Desy Ratnasari dan Paramitha Rusady.
Bukan hanya anak muda lokal yang menggemari Blok M, tetapi juga orang-orang Jepang. Terdapat banyak restoran Jepang dan tempat tinggal bagi ekspatriat Jepang di sekitar Jalan Melawai.
Terdapat juga "Little Tokyo" sebagai daya tarik kebudayaan Jepang. Setiap tahunnya mereka mengadakan festival seni dan kuliner Jepang bernama Ennichisai.
seiring dengan perubahan zaman dan pesatnya perkembangan teknologi, kehidupan di Blok M mengalami perubahan. Dampak dari belanja online dan pandemi COVID-19 telah membuat Blok M kehilangan daya tariknya.
Suara lantang para pedagang menawarkan dagangan dan keramaian orang yang melintas di kawasan mal dan terminal telah menghilang.
Demikian sejarah dan asal usul Blok M, tempat nongkrong rancangan Belanda tahun 80an.
(Rina Anggraeni)